Pengakuan Backpacker di Australia, Ditiduri atau Diperkosa
Mulai bulan Juli 2019, Australia akan memperpanjang durasi working holiday visa (WHV) atau visa liburan kerja menjadi tiga tahun. Namun sejumlah kalangan memperingatkan hal itu justru bisa meningkatkan eksploitasi dan pelecehan terhadap anak-anak muda pencari kerja.
Seorang backpacker Inggris, Frances Fairs, mengungkapkan bagaimana dia harus tinggal di tempat lembab dan kusam selama menjalani program WHV. Kamarnya, katanya, tidak bisa dikunci, dindingnya berlubang, dengan alarm kebakaran yang rusak.
Menurut Frances, semua itu bertolak belakang dengan apa yang dilihatnya di iklan-iklan online mengenai program WHV.
Dia mengaku terus dihantui oleh pengalaman buruknya itu.
"Saya diantar ke kamar, tempat tidurnya kosong, tapi saya melihat ada serangga di tempat tidur," ujar kepada ABC.
Kamar untuknya di asrama tersebut, katanya, hanya dilengkapi dengan kasur kotor yang tergeletak di lantai, kamar mandi yang tak berfungsi serta dapur tanpa air ledeng.
Frances justru mendapat tugas untuk membersihkan asrama, mencuci seprai dan menerima para pekerja WHV ke kota pedalaman Victoria tersebut.
Para backpacker yang menginap di asrama, termasuk Frances, datang untuk bekerja di sektor pertanian sebagai syarat Visa WHV atau dikenal juga dengan Visa 417.
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki