Pengakuan Caleg yang Gunakan Jasa Broker Suara, Oh Ternyata
Cara demikian dianggap lebih efektif dibanding serangan fajar atau memberikan uang pada pemilih sebelum mereka mencoblos. Para caleg beranggapan sistem serangan fajar lebih berbahaya dan tingkat akurasinya juga lemah.
”Kalau serangan fajar itu tentunya ada duit dibagi-bagi begitu saja. Mau dia pilih di caleg A atau B, kita tidak tahu. Tapi, kalau dengan pendataan ini, kita bisa hitung-hitung, baik biaya politik hingga tingkat raihan suara,” kata salah seorang caleg di Kotim.
Menurutnya, pemilu legislatif tahun ini lebih sepi dibanding pemilu sebelumnya, karena caleg menyimpan uang untuk dimainkan di hari pelaksanaan.
BACA JUGA: Politik Uang: Rp 100 Ribu, Beras 2 Kilogram, dan Gula
”Makanya jarang sekali ada caleg jadi sponsor utama event seperti 2014 lalu, karena mereka melihat pola sosialisasi itu gaya lama. Hanya buang-buang uang, tapi suara tidak dapat,” katanya.
Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kotim tengah menelusuri dugaan munculnya broker suara. Ketua Bawaslu Kotim Muhammad Tohari mengaku sudah mendengar informasi tersebut. Namun, pihaknya masih kesulitan lantaran warga belum ada melapor.
”Kami akan berupaya bagaimana caranya modus-modus politik uang bisa diredam di pemilu kali ini,” katanya.
Dia mengajak semua pihak bersama-sama melaksanakan pemilu yang bersih, jujur, dan adil. Sebab, apabila dalam pelaksanaanya nanti terbukti ada jual-beli suara, tidak menutup kemungkinan pihak yang terkait akan diseret.
Caleg yang menggunakan jasa ilegal broker suara harus mengeluarkan uang cukup besar, ratusan juta.
- Viral Dugaan Politik Uang Rudi Seno di TikTok, Netizen Beri Komentar Beragam
- APK Dirusak, Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono Bergerak!
- Bebas-Siti Yakin Menang 50 Persen Lebih Suara di Pilkada Polman
- Ikut Kampanye Luthfi-Yasin, Jokowi: Saya Datang karena Saya Dukung
- Jokowi Siap Turun Gunung demi Ahmad Luthfi-Taj Yasin, Tunggu Tangggal Mainnya
- Ketum Partai Pendukung Tak Hadiri Kampanye Akbar Ridwan Kamil