Pengakuan dari Tangis dalam Pelukan
Oleh Dahlan Iskan
Seperti juga di Islam, di Kristen menjadi gay adalah dosa. Injil, juga Alquran, mengatakan bahwa Tuhan telah menghancurkan negeri yang mempraktikkan gay dan lesbian seperti di zaman Nabi Luth (Alquran) di Kota Sodom dan Gomora (Injil).
Seperti umat Islam, umumnya orang Kristen juga percaya itu. Hanya kalangan tertentu di Kristen dan Islam yang mengatakan bahwa tafsir kitab suci tersebut tidak tepat. Belum lama ini terbit buku yang ditulis seorang pendeta yang menentang tafsir penyebab kehancuran Kota Sodom (dari sini muncul istilah sodomi) dan Gomora itu.
Gambaran lain muncul dari seorang remaja Kristen yang rumahnya dekat Pulse. Dia mengaku awalnya sangat membenci gay. Juga sangat membenci nite club itu. Dia sendiri ternyata tumbuh sebagai remaja yang menyukai laki-laki. Dia pun seperti ajaran agamanya merasa jadi pendosa. Sangat tertekan.
Ketika makin dewasa, dia dirayu temannya untuk masuk nite club tersebut. Sejak itulah dia merasa lepas dari tekanan. Nite club tersebut jadi arena pembebasan bagi dirinya.
Dua hari setelah kejadian di Pulse, seorang wartawan di Orlando melakukan investigasi. Dia memasuki bar gay yang lain. Ingin meliput bagaimana perasaan para gay atas kejadian di Pulse.
Sang wartawan menyaksikan seorang gay merangkul erat seorang bartender. Sambil menangis. Lama sekali.
Sang wartawan terus membuntutinya saat gay tersebut meninggalkan bar. ”Mengapa Anda tadi menangis begitu lama?” tanya sang wartawan. Jawabnya sangat mengejutkan si wartawan.
Dia mengaku sejak remaja sudah menjadi gay. Dia merasa jadi pendosa yang tidak habis-habisnya. Dia sudah berusaha keras untuk tidak menjadi gay. Sampai dia memutuskan memasuki dunia yang sangat laki-laki: jadi tentara.