Pengakuan Formal AS Terkait Yerusalem Ditanggapi Beragam


Dalam beberapa dekade sejak pengakuan sepihak itu, masyarakat internasional - termasuk Amerika Serikat - telah menolak untuk mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem.
Profesor Bassam Dally, Wakil Presiden Jaringan Advokasi Palestina Australia, mengatakan bahwa dirinya "marah dan frustrasi tapi tidak terkejut" dengan keputusan Presiden Donald Trump yang akan membalikkan kebijakan AS selama berpuluh-puluh tahun.
Menurutnya langkah tersebut dapat memicu kemunduran perundingan damai Israel-Palestina dan menyebabkan demonstrasi di wilayah tersebut.
"Masalahnya dengan Jerusalem tentu saja adalah ada sekitar 240.000 warga Palestina tinggal di sana, 40 persen dari ekonomi Palestina. Dan secara agama, Jerusalem tentu saja amat penting bagi kaum Muslim dan Kristen.”
"Yerusalem penting bagi banyak orang.
"Ini mungkin saja dapat memicu sesuatu yang lebih besar, saya harap tidak, tapi saya tidak akan terkejut bahwa akan ada tindakan dan tindakan balasan. Ini tidak baik untuk siapa pun pada akhirnya.”
Dia mengatakan dia berharap warga Palestina akan menangani masalah itu dengan pendekatan "di bidang politik, daripada melakukan intifadah ketiga melawan Israel]".
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya