Pengakuan Pecandu Sabu Australia Soal Hutangnya yang Capai Rp 800 Juta
"Tak ada. Hanya hutang. Saya hampir 40 tahun. Saya seharusnya memiliki rumah, tetapi saya tak punya apa-apa untuk dipamerkan sepanjang hidup saya,” sambungnya.
Ia mengatakan, "Saya tak pantas mendapat kasih sayang, atau persahabatan. Saya seorang pecandu egois yang bersembunyi di balik cangkangnya untuk mempertahankan kecanduan saya."
Chris berusaha menahan air mata dan emosinya cukup lama hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang benar-benar mengejutkan.
"Suatu hari, saya berharap sudah mati atau akan mati dalam kecelakaan atau hal serupa. Jika saya pergi ke dokter dan mereka bilang saya menderita kanker, saya tak akan melawannya. Saya akan katakan biarkan karma terjadi dan biarkan saya mati," tuturnya.
Air matanya-pun berubah menjadi tangis tak terkendali ketika pikirannya jatuh ke putri remajanya.
"Apa yang telah saya lakukan untuknya? saya menghilang selama waktu yang lama dan ia tampaknya selalu memaafkan saya. Ketika saya melihatnya saya ingin memanjakannya, tapi saya pergi berbulan-bulan tanpa melihat atau berbicara dengannya," cerita Chris.
Ia merasa hancur, tapi bertekad untuk melawan kecanduannya. Meski ia merasa tak ada dukungan.
"Hampir tak ada tempat untuk membantu Anda melawan kecanduan," sebutnya.
Dari luar, Chris tampak memiliki kehidupan normal. Ia terlihat bahagia, sehat dan punya pekerjaan bagus dengan bayaran tinggi. Tapi baru-baru
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata