Pengakuan Perempuan Sasaran Aksi Cabul yang Rasis dan Merendahkan di Aplikasi Kencan

Pengakuan Perempuan Sasaran Aksi Cabul yang Rasis dan Merendahkan di Aplikasi Kencan
Sharon Jiang menerima pesan aplikasi kencan yang menanyakan apakah dia bisa menjadi "pengalaman Asia pertama" seseorang. (Supplied )

Sementara itu, mayoritas pendatang Asia ke Australia adalah laki-laki, perempuan Asia biasanya hanya mengikuti suami atau sebagai pembantu.

Setelah tiba di Australia, banyak perempuan Asia diberi pekerjaan bergaji rendah saat harus menghadapi kesulitan hidup dan tak jarang masih kesulitan dengan berbahasa Inggris.

"Penggambaran arus utama soal perempuan Asia adalah sebagai budak, sebagai pihak yang tidak memiliki kemauan sendiri," kata Dr Loy-Wilson.

"Perempuan Asia adalah budak, baik budak untuk laki-laki Asia, atau budak pada umumnya."

Dr Loy-Wilson mengatakan meski rasisme terhadap perempuan Asia pada abad ke-19 dan ke-20 didokumentasikan dengan baik di Amerika Serikat, hanya ada sedikit catatan tentang rasisme terhadap perempuan Asia di Australia.

Dia mengatakan, karena jumlah komunitas Asia di Australia lebih kecil daripada di Amerika Serikat, posisi perempuan Asia lebih rentan, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menjadi sasaran.

"Saya pikir kita memiliki masalah di negara ini," kata Dr Loy-Wilson.

"Kita perlu menyadari bahwa bagi banyak perempuan Asia, mereka tidak merasa aman."

Pesan ini ditujukan kepada Sharon, seorang perempuan Australia keturunan Tiongkok yang berusia 24 tahun dan tinggal di Sydney

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News