Pengakuan Syafiil Anam, Pria yang Lolos dari si Pembunuh Berantai Mujianto
Tak Curiga meski Teh yang Diminum Bau Tak Enak
Senin, 20 Februari 2012 – 09:19 WIB

Pengakuan Syafiil Anam, Pria yang Lolos dari si Pembunuh Berantai Mujianto
Mendengar rintihan Anam yang semakin keras, Mujianto akhirnya mampir ke tukang pijat. Anam lantas diminta mengganti pakaiannya dengan selembar sarung milik tukang pijat. "Uang dan handphone saya yang ada di celana itu akhirnya yang dibawa," katanya. Dia mengalami kerugian uang tunai Rp 1.030.000 dan sebuah handphone bermerek.
Mujianto lalu berpamitan untuk membeli obat generik. Dengan alasan, agar setelah dipijat, Anam tak lagi masuk angin. "Setelah lama ditunggu, ternyata anaknya langsung hilang," ucap Anam.
Tak lama kemudian, sejumlah perangkat desa dan jajaran kepolisian mendatangi rumah tukang pijat tersebut dan membawa Anam ke RS Bhayangkara Surabaya. Di sanalah korban mendapatkan perawatan hingga sehari semalam. Anam pun lolos dari maut. "Kata polisi waktu itu, saya masih mendingan. Sebab, ada orang lain yang dibuang di pinggir jalan dan lokasi yang sepi penduduk (sehingga akhirnya tak tertolong, Red)," tegasnya.
Sehari pasca dirawat di rumah sakit milik Polri tersebut, korban langsung melaporkan kasus itu ke kepolisian. Tapi, baru lewat tayangan berita di sebuah televisi kemarin pagi, dia menyadari bahwa anak muda yang telah membawa lari uang dan handphone-nya itu ternyata seorang pembunuh berantai. "Saya tahu ketika nama saya disebut-sebut di televisi," katanya.
Syafiil Anam terbilang beruntung karena setelah diracun Mujianto diturunkan di seorang tukang pijat. Beristri dan punya dua anak dewasa, sekretaris
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara