Pengalaman Agus Dermawan T. Menilai Harga Benda-Benda Seni Istana Kepresidenan
Agar Lukisan Rp 10 M Tidak Dihargai Serupiah
Jumat, 22 Juni 2012 – 00:02 WIB
Untuk menaksir nilai yang tepat, Agus menggunakan acuan nilai artistik dan nilai historis. Juga, dibandingkan dengan nilai pasar. "Semua nilai itu lantas dirujuk pada kondisi karya," jelas kurator berbagai pameran seni rupa Indonesia tersebut.
Cerita-cerita seputar benda seni juga memengaruhi harga. Agus mencontohkan lukisan Jendral Sudirman karya Yoes Soepadyo. Menurut dia, lukisan itu sebenarnya tidak terlalu istimewa. Namun, karena selalu menjadi favorit Soekarno hingga Soeharto, harganya bisa melambung menjadi miliaran rupiah. Soeharto selalu menempatkan lukisan tersebut di belakang meja kerjanya. "Jika dipotret oleh media, lukisan itu selalu tampak di belakang Pak Harto," cerita dia.
Lukisan Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati juga menjadi semakin bernilai karena kisahnya di kehidupan Soekarno. Agus memaparkan, Istana Bogor menyimpan koleksi yang paling menarik dan berharga. Di kompleks istana yang bersambungan dengan Kebun Raya Bogor itu, ada lebih dari seratus lukisan Basoeki Abdullah. Di situ pula ada puluhan lukisan berobjek perempuan telanjang warisan Soekarno dengan nilai istimewa.
Pada era Soeharto, koleksi itu dimasukkan kamar khusus oleh Ibu Tien Soeharto. "Mungkin takut dilihat Pak Harto. Hehehe...," canda Agus.
Ada lebih dari 15 ribu koleksi benda seni di istana-istana negara/kepresidenan di Jakarta, Bogor, Bali, dan Jogja. Setelah dihitung, nilai barang-barang
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara