Pengalaman Agus Dermawan T. Menilai Harga Benda-Benda Seni Istana Kepresidenan
Agar Lukisan Rp 10 M Tidak Dihargai Serupiah
Jumat, 22 Juni 2012 – 00:02 WIB
Sejak 1980-an, Agus memang sudah mengamati koleksi benda-benda seni istana tersebut. Sampai akhirnya, dia berhasil masuk Istana Negara pada 1981. Kala itu, dia sangat bergembira karena bisa melihat langsung ratusan lukisan karya seniman-seniman besar.
"Perjumpaan itu merupakan hal istimewa bagi saya. Sebab, sebelumnya saya hanya bisa melihat reproduksinya dalam buku koleksi lukisan Presiden Soekarno yang saya miliki sejak 1965," ungkapnya.
Sejak kecil Agus memang gemar melukis. Dia pernah beberapa kali turut serta dalam pameran bersama. Pameran terakhir yang diikuti adalah Biennale Seni Lukis Indonesia 1976 yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta di TIM. Teman-temannya berujar kepada dia bahwa sudah terlalu banyak pelukis, namun tak banyak yang menulis tentang lukisan. "Sejak itu, saya meninggalkan kuas dan kanvas dan terus menulis hingga sekarang," kenang Agus.
Selain menyusun 31 buku, Agus telah menyiarkan 2.300 judul tulisan seni rupa yang dimuat di sekitar 40 media cetak.
Ada lebih dari 15 ribu koleksi benda seni di istana-istana negara/kepresidenan di Jakarta, Bogor, Bali, dan Jogja. Setelah dihitung, nilai barang-barang
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara