Pengalaman Hidup Banker ''Tervonis Mati'' Karmaka Surjaudaja (1)

Sesuai Doa, Donor Hati Datang pada Hari Ketiga

Pengalaman Hidup Banker ''Tervonis Mati'' Karmaka Surjaudaja (1)
Pengalaman Hidup Banker ''Tervonis Mati'' Karmaka Surjaudaja (1)
Saat kembali ke tanah air, pikiran Karmaka lebih tertuju kepada buah hatinya. Anak-anaknya disuruh untuk menuntut ilmu ke Amerika Serikat. Pada 1997, kondisi dia terus memburuk. Itu ditandai dengan gejala-gejala seperti muntah darah maupun berak darah. Satu-satunya pengobatan saat itu adalah transplantasi hati. Karmaka menolak. Sebab, saat itu teknologi kedokteran belum semaju sekarang. Di antara tiga orang Indonesia yang transplantasi, tidak ada satu pun yang bisa bertahan hidup dalam setahun.

Suatu hari, masih pada 1997, Karmaka pingsan di kantor pusat Bank NISP di Bandung. Penyakit itu telah menyebabkan saluran pembuluh darahnya hampir pecah. Dia kemudian diterbangkan ke sebuah rumah sakit Mount Sinai di New York, Amerika. Di sana pihak RS justru memarahi keluarga Karmaka karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan. ''Mencari donor (liver) di Amerika juga tidak mudah. Butuh waktu 1-2 tahun,'' kata Karmaka, yang saat bayi 10 bulan harus dijamin 500 gulden untuk bisa masuk Indonesia dengan perahu.

Akibat berbagai problem yang mengimpit, Karmaka sempat hilang akal. Dia meminta seluruh keluarganya pulang ke Bandung. Kalau tidak, dia memilih untuk meninggal saja. Tidak mau berdebat dengan pasien yang sakit keras, dengan berat hati anggota keluarga Karmaka mengabulkan permintaan itu.

Pada saat itu, kata Karmaka, perutnya yang telah membesar menandakan penyakit liver yang dideritanya sudah gawat. Saat itulah muncul keinginan Karmaka untuk mengakhiri hidup. Sambil duduk dia mencopoti alat-alat bantu medis, kemudian menundukkan kepala untuk menekan hatinya. Saat itu dia merasa pembuluh darahnya serasa ada yang pecah. "Saat itu saya yakin akan mati. Saya kemudian berdoa kepada Tuhan," kata pria bernama asli Kwee Tjie Hoei itu.

Kisah hidup Karmaka Surjaudaja, chairman emeritus Bank OCBC NISP, memang penuh liku. Lahir dari keluarga miskin asal Fujian, Tiongkok, kini dia memimpin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News