Pengalaman Ikut Festival Jalanan 'Klaten' di Pinggiran Melbourne

Pengalaman Ikut Festival Jalanan 'Klaten' di Pinggiran Melbourne
Pengalaman Ikut Festival Jalanan 'Klaten' di Pinggiran Melbourne

Begitulah jawaban Anita, salah satu anggota OJWM ketika ditanya alasannya berpartisipasi dalam festival. Jawaban tersebut diamini oleh Rima, yang juga anggota OJWM. Rima menambahkan bahwa melalui lagu-lagu dari berbagai daerah di Indonesia yang dimainkan oleh band yang anggotanya sebagian besar mahasiswa S2 dan S3 di Australia tersebut, dia berharap pengunjung menjadi lebih tahu keberagaman budaya Indonesia.

“Indonesia nggak cuma Bali,” kata ibu muda satu anak ini yang tinggal di Australia karena menemani suaminya melanjutkan S3 di Monash University.

Pengalaman Ikut Festival Jalanan 'Klaten' di Pinggiran Melbourne
Pasiningsih bersama Retno Jatu dan Desy Erydani, anggota grup tari Lenggok Geni

Alasan berbeda diungkapkan oleh Desy Erydani, anggota perkumpulan tari Lenggok Geni, yang juga turut berpartisipasi dalam parade di acara festival.

Sebagai seorang muslim yang terkadang masih mendapat stigma negatif di negara barat, dia berharap masyarakat Australia bisa melihat sisi lain dari seorang muslim Indonesia.

“Muslim Indonesia yang cinta damai juga banyak. Terlalu menggeneralisasikan jika beranggapan Muslim itu radikal atau muslim itu Arab,” imbuhnya.

Dan tampaknya, jerih payah mereka mempromosikan budaya Indonesia tidaklah sia-sia. Banyak para pengunjung baik dari warga lokal maupun warga negara lain mengabadikan moment di kamera maupun ponsel mereka ketika para ‘duta’ Indonesia ini menunjukkan aksi mereka di panggung maupun di parade.

Pengalaman Ikut Festival Jalanan 'Klaten' di Pinggiran Melbourne
Komunitas Indonesia berparade di Clayton Street Festival

Kawasan Clayton, sekitar 25 km dari pusat kota Melbourne sering diplesetkan sebagai Klaten oleh mahasiswa Indonesia, termasuk mereka yang kuliah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News