Pengalaman Menghadiri Undangan Pertemuan dengan Presiden Jokowi

Pengalaman Menghadiri Undangan Pertemuan dengan Presiden Jokowi
Pengalaman Menghadiri Undangan Pertemuan dengan Presiden Jokowi

Asa untuk mendapatkan undangan tetap dikandung badan namun sialnya, sehari sebelum hari H pertemuan dengan Presiden Jokowi yaitu tanggal 13 November 2014, telepon genggam saya tertinggal di rumah. Ketika pulang ke rumah sekitar jam 9 malam, saya menemukan ada banyak miscall di telepon genggam saya. Sebagian besar dari anak saya. Namun di sela-sela miscall itu ada dua miscall yang lain, yaitu dari Mirza Satria Buana, seorang karib yang pernah menjabat sebagai presiden UQISA periode 2013-2014. Saya balas menelpon dan dari dia saya tahu kalau saya dicalonkan untuk bisa hadir dalam pertemuan itu. Wow!, tapi masih dalam tahapan “calon”.

Di hari H pertemuan, masih terbilang pagi namun sudah terik di Brisbane, jam 6 Mirza telepon lagi dan mengatakan kalau undangan harus diambil sendiri di kantor maskapai Garuda Indonesia di International Airport of Brisbane sebelum jam 12 siang, padahal menurut informasi yang disebarluaskan oleh pemerintah setempat, pada hari H ini hampir sebagian besar moda transportasi masa yang melintasi pusat kota Brisbane mengalami hambatan. Untung, karena ternyata hambatan yang terjadi hanyalah berupa pemeriksaan polisi dan satpam kereta listrik di stasiun Milton, yaitu salah satu stasiun di sekitar pusat kota Brisbane. Selanjutnya perjalanan lancar.

Sesampainya di bandara internasional Brisbane, bersama Mirza dan Dirgha yaitu salah satu wakil presiden UQISA, surat undangan kami ambil dari salah satu staf senior Garuda, Pamela. Sayangnya, dalam bendelan undangan itu, tidak terdapat nama saya dan Mirza. Dengan tangan kosong namun yakin tetap mendapatkan undangan, kami pulang. Dan benar saja, sekitar jam 4 sore, ada SMS dari Mirza kalau undangan saya bisa diambil di lokasi pertemuan.

Perjalanan ke lokasi pertemuan juga tidak mudah, karena salah satu persyaratan untuk bisa masuk dalam pertemuan itu adalah para undangan harus memakai baju batik berlengan panjang, sementara saya tidak punya itu. Lemari pakaian sudah saya periksa, kawan-kawan saya tanyai termasuk istri saya yang kebetulan sedang berada di indonesiapun saya telepon.

Akhirnya saya mendapat pinjaman dari Miftakhul Maarif, salah seorang dedengkot grup keroncong Brisbane, yang kebetulan tidak manggung di dalam acara ini. Setelah saya menerima undangan dari Dhirga, barulah saya mengetahui kalau baju batik berlengan panjang bukanlah persyaratan karena yang tertulis di undangan hanyalah pakaian batik untuk dress code-nya.

Masalah belum selesai, karena nama saya di undangan tidak sesuai dengan nama di paspor. Ada satu huruf yang tidak tertulis dalam nama saya di undangan. Kalau saja nama yang tertulis di dalam undangan harus sama persis dengan nama yang tertulis di dalam paspor, saya pasti tidak bisa masuk. Rupanya, keberuntungan masih di pihak saya. Panitia tidak memeriksa secara detil nama saya. Petugas hanya menanyakan nama saya, nomor pendaftaran, dan nama kelompok saja.

Anak saya, Ayu berpesan kalau bisa selfie dengan Presiden Jokowi, jika tidak bisa, cukup foto yang ada saya dan Presiden Jokowi di dalam satu frame. Harapan untuk ber-selfie ini sepertinya agak susah dilaksanakan karena para undangan tidak diperkenankan mengambil foto Presiden. Pengambilan gambar hanya boleh dilakukan oleh staf protokoler kepresidenan, demikian kata MC.

Tapi apa yang sampaikan oleh MC, ternyata tidak terjadi sama sekali. Sejak Presiden Jokowi, yang memakai baju batik coklat itu memasuki ruangan, sebagian undangan sudah mengambil gambarnya, sementara sebagian masih ragu-ragu. Namun situasi ini tidak berlangsung lama karena mereka menjadi turut mengambil gambar setelah petugas tidak diperingatkan mereka. Presiden sendiri tampaknya membiarkan bahkan setuju untuk selfie dengan beberapa undangan. Sekarang semuanya berebut mengambil gambar dan selfie dengan Presiden.

Sepanjang hidupnya, Radjali Amin, mahasiswa PhD di University of Queensland belum pernah bertemu langsung dengan presiden Republik Indonesia. Dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News