Pengalaman Menghadiri Undangan Pertemuan dengan Presiden Jokowi
Di dalam kesempatan pidatonya, Presiden sempat mengundang beberapa undangan ke depan dan meminta mereka untuk mengeluarkan uneg-unegnya selama berada di Brisbane. Di dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh dubes Indonesia, jumlah penanya sangat dibatasi karena keterbatasan waktu. Hanya ada satu sesi tanya jawab dan sayangnya lagi, dari semua penanya yang ditunjuk tidak ada yang berstatus sebagai pelajar.
Hari sudah larut malam, walaupun antusiasisme undangan masih tinggi di dalam acara ini, Presiden harus segera istirahat untuk program utama di keesokan harinya. Keluar ruanganpun tidak mudah karena keingian selfie peserta undangan dan wawancara dengan media masa masih saja berlangsung. Sama seperti masuknya, meninggalkan ruangan juga memakan waktu lama. Presiden benar-benar meninggalkan ruangan sekitar pukul 11 malam.
Selama menyusuri Sungai Brisbane menuju ke dermaga Guyatt Park dalam perjalanan pulang ke rumah, saya berusaha mengingat-ingat sosok Joko Widodo ini ketika kami sama – sama kuliah di Fakultas Kehutanan UGM, saya beda tiga tahun lebih muda daripada Jokowi, “Oala to mas mas, kalau dari dulu saya tahu mas Joko bakal jadi presiden, saya akan kejar mas Joko dari dulu di kampus. Sekarang, salaman aja musti rebutan dengan orang lain dan saya harus panggil “pak Jokowi” bukan “mas Joko” lagi seperti di kampus dulu.
* Tulisan ini adalah pendapat pribadi.
Sepanjang hidupnya, Radjali Amin, mahasiswa PhD di University of Queensland belum pernah bertemu langsung dengan presiden Republik Indonesia. Dan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Harvey Moeis Divonis Enam Setengah Tahun Penjara
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing