Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia

Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan

Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos

Sebagian listrik di Mongolia dibeli dari Rusia, negeri yang amat berpengaruh bagi mereka. Rusia-lah, kala masih menjadi negeri utama di Federasi Uni Soviet, yang mendukung negeri yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada pertanian dan peternakan itu memerdekakan diri dari Tiongkok pada 11 Juli 1921.

Tiga tahun berselang, Republik Rakyat Mongolia yang komunis dideklarasikan, tentu di bawah pengaruh kuat Soviet. Bahkan, sampai sekarang pun, setelah Mongolia berubah menjadi republik parlementer, bekas partai komunis, Partai Rakyat Mongolia (MPP, sebelumnya Partai Rakyat Revolusioner Mongolia), tetap menjadi partai terbesar. 

Sisa-sisa pengaruh Soviet itu juga masih terlihat jelas di lanskap bangunan Ulan Bator. Aksara Sirilik yang hampir sama dengan aksara yang digunakan di Rusia juga tetap dipakai sampai sekarang. 

Selain televisi, di ger Tsere juga terdapat lemari es dua pintu, mesin cuci, dua ranjang, dan sebuah kaca besar. Di bagian tengah, ada sebuah tungku untuk memasak yang terkoneksi dengan cerobong asap. Kegiatan masak setiap pagi memang dilakukan di dalam rumah.

SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News