Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia

Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan

Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos

Satu yang absen dari kediaman Tsere itu yang membuatnya tetap terlihat nomadic: tak ada toilet. Kalau ingin buang air kecil, langsung saja ke padang rumput. Buang air besar juga dilakukan di area terbuka. "Ainur, kamu hanya butuh kertas toilet untuk mengatasi semuanya," tutur Javza. 

Di area ger milik Tsere, "toilet" hanya ditandai dengan satu tali sepanjang 3 meter. Di sanalah aktivitas biologis setiap hari dilakukan.

Jika ingin mandi, Tsere dan keluarganya akan menyeberangi jalan, mandi di toilet apartemen. Namun, itu jarang dilakukan. Karena udara yang kering, biasanya orang Mongolia hanya mandi tiga hari sekali.

Namun, kehangatan sambutan dari Tsere serta suami istri Khaltar dan Javzandor Jauzka membuat kesulitan perkara buang hajat itu terlupakan. Khaltar dan Javzandor Jauzka bahkan begitu antusias begitu tahu bahwa kami berasal dari Indonesia.  

SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News