Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan
Senin, 27 Agustus 2012 – 10:10 WIB
Dingin memang kata yang tak bisa dipisahkan dari Mongolia, negeri yang belakangan mulai menggeliat perekonomiannya berkat kegiatan pertambangan tembaga, batu bara, bahkan uranium. Pada malam-malam musim panas seperti saat ini saja temperatur bisa mencapai 3 derajat Celsius.
Saat musim dingin datang pada Desember sampai Februari, jangan tanya. Udaranya ekstrem, mencapai minus 37 derajat Celsius di Ulan Bator dan minus 40 derajat Celsius di pinggiran kota. Pada musim dingin 2009"2010 Mongolia bahkan sampai kehilangan 22 persen stok hewan ternak yang berbuntut ancaman kelaparan nasional.
"Saat musim dingin tiba, kami akan selalu menyalakan api dari tungku. Juga memakai baju hangat berlapis-lapis," papar Tsere.
Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak baju yang dikenakan Tsere dan warga Mongolia lain saat musim dingin. Yang pasti, malam itu baju dan jaket tebal yang saya kenakan terasa tak cukup untuk menahan hawa dingin. Saya pun sulit memejamkan mata.
SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408