Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia

Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan

Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos

Dingin memang kata yang tak bisa dipisahkan dari Mongolia, negeri yang belakangan mulai menggeliat perekonomiannya berkat kegiatan pertambangan tembaga, batu bara, bahkan uranium. Pada malam-malam musim panas seperti saat ini saja temperatur bisa mencapai 3 derajat Celsius.

Saat musim dingin datang pada Desember sampai Februari, jangan tanya. Udaranya ekstrem, mencapai minus 37 derajat Celsius di Ulan Bator dan minus 40 derajat Celsius di pinggiran kota. Pada musim dingin 2009"2010 Mongolia bahkan sampai kehilangan 22 persen stok hewan ternak yang berbuntut ancaman kelaparan nasional.

"Saat musim dingin tiba, kami akan selalu menyalakan api dari tungku. Juga memakai baju hangat berlapis-lapis," papar Tsere.

Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak baju yang dikenakan Tsere dan warga Mongolia lain saat musim dingin. Yang pasti, malam itu baju dan jaket tebal yang saya kenakan terasa tak cukup untuk menahan hawa dingin. Saya pun sulit memejamkan mata.

SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News