Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia

Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan

Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos

Padahal, saya dan Farid diberi kehormatan tidur di atas ranjang utama. Sedangkan  Tsere dan suami istri itu memejamkan mata di karpet yang digelar di lantai. Adapun sang cucu, Javza, berbaring di ranjang lain.

Ger yang berbahan dasar kayu dan dilapisi kulit domba pada bagian luarnya itu juga sebenarnya cukup hangat. Namun, embusan angin lewat cerobong asap terasa membuyarkan kehangatan tersebut.

Tapi, Tsere dan jutaan warga nomaden Mongolia tampaknya tak pernah terganggu dengan semua itu. Tsere bahkan rela meninggalkan kehidupan ala apartemen yang sudah dijalaninya bertahun-tahun.

Tiga tahun lalu dia memutuskan menyusun 5 papan dan 81 tongkat untuk membentuk ger peninggalan orang tuanya di tanah yang konon milik seorang fotografer koran setempat. Dia tak perlu membayar sepeser pun sewa tanah. 

SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News