Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan
Senin, 27 Agustus 2012 – 10:10 WIB
Padahal, saya dan Farid diberi kehormatan tidur di atas ranjang utama. Sedangkan Tsere dan suami istri itu memejamkan mata di karpet yang digelar di lantai. Adapun sang cucu, Javza, berbaring di ranjang lain.
Ger yang berbahan dasar kayu dan dilapisi kulit domba pada bagian luarnya itu juga sebenarnya cukup hangat. Namun, embusan angin lewat cerobong asap terasa membuyarkan kehangatan tersebut.
Tapi, Tsere dan jutaan warga nomaden Mongolia tampaknya tak pernah terganggu dengan semua itu. Tsere bahkan rela meninggalkan kehidupan ala apartemen yang sudah dijalaninya bertahun-tahun.
Tiga tahun lalu dia memutuskan menyusun 5 papan dan 81 tongkat untuk membentuk ger peninggalan orang tuanya di tanah yang konon milik seorang fotografer koran setempat. Dia tak perlu membayar sepeser pun sewa tanah.
SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408