Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan
Senin, 27 Agustus 2012 – 10:10 WIB

ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos
Padahal, saya dan Farid diberi kehormatan tidur di atas ranjang utama. Sedangkan Tsere dan suami istri itu memejamkan mata di karpet yang digelar di lantai. Adapun sang cucu, Javza, berbaring di ranjang lain.
Ger yang berbahan dasar kayu dan dilapisi kulit domba pada bagian luarnya itu juga sebenarnya cukup hangat. Namun, embusan angin lewat cerobong asap terasa membuyarkan kehangatan tersebut.
Tapi, Tsere dan jutaan warga nomaden Mongolia tampaknya tak pernah terganggu dengan semua itu. Tsere bahkan rela meninggalkan kehidupan ala apartemen yang sudah dijalaninya bertahun-tahun.
Tiga tahun lalu dia memutuskan menyusun 5 papan dan 81 tongkat untuk membentuk ger peninggalan orang tuanya di tanah yang konon milik seorang fotografer koran setempat. Dia tak perlu membayar sepeser pun sewa tanah.
SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu