Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan
Senin, 27 Agustus 2012 – 10:10 WIB

ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos
Rasa syukur atas kehidupan yang dijalaninya sekarang juga diwujudkan lewat ibadah yang teratur. Tsere adalah pemeluk Buddha "agama mayoritas di Mongolia, pemeluknya 53 persen dari penduduk negeri itu yang berusia 15 tahun ke atas" aliran Tibet yang taat.
Dalam ger, di dekat kaca terdapat dua gambar Tuhan utama. Tsere menyebutnya Zam Balgara, Tuhan pemberi kehidupan, dan Bayannamsrai, Tuhan untuk mendatangkan rezeki.
Saat bangun pagi, Tsere selalu menyembah Zam Balgara dengan cara tengkurap di lantai sambil merapalkan doa sebanyak 108 kali. Selain itu, perempuan 64 tahun tersebut menyalakan lilin di dalam stoples.
Nah, mungkin sadar bahwa kami berjuang cukup keras melawan dingin semalaman, Javza memasakkan kami sarapan tradisional yang menurutnya istimewa. Namanya banshtai-tai.
SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu