Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif
"Pelan-pelan saya merekonstruksi kognisi dan pikiran, bahwa umur itu tidak ditentukan oleh sehat atau sakit. Itulah yang membuat saya rela menerima sakit ini," ujarnya.
Ia menyebut faktor pikiran positif turut berpengaruh pada proses penyembuhannya.
"Bagi saya sikap ikhlas menerima itu sangat penting karena membantu relaksasi, menjaga pikiran positif, dan proses recovery pun jadi bersemangat," kata Kepala Pusat Integrasi Islam dan Sains Universitas Negeri Malang ini.
Pentingnya menjaga pikiran positif
Menurut dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta dr Andika Chandra Putra PhD, Sp.P, sikap pasien seperti Muhammad Yahya yang pada saat mengalami titik kritis lantas bersikap ikhlas dan rela, jelas berpengaruh pada penyembuhannya.
"Positive thinking itu bukan hal yang baru dalam dunia kesehatan. Bukan hanya terjadi di COVID ini," jelas dr Andika saat dihubungi Farid M. Ibrahim dari ABC Indonesia, hari Kamis (26/08).
"Kebetulan saya banyak berhubungan dengan pasien-pasien kanker paru. Kalau misalnya orang dengan positive thinking, ikhlas, .... rela, biasanya responnya begitu baik," katanya.
Terkait COVID-19, kata Dr Andika, salah satu faktor penurun imun itu karena stress.
Menurutnya pasien yang bersikap menerima dan ikhlas bisa membantu menghindarkannya dari menurunnya imun.
Muhammad Yahya, warga kota Malang di Jawa Timur, berbagi pengalaman kesembuhannya dari COVID setelah melewati badai sitokin dengan saturasi oksigen sangat rendah
- Pandemi Resmi Jadi Endemi, Pasien Covid-19 Ditanggung BPJS Kesehatan
- PPKM Dicabut Jokowi, Bagaimana Biaya untuk Pasien Covid-19?
- Malaysia Inginkan Pemilu Tanpa Pembatasan Covid-19, Pasien Boleh ke TPS
- Sektor Kesehatan Menjanjikan, Siloam Terus Melanjutkan Ekspansi
- Varian Siluman
- PPKM di Jakarta Berubah Level dalam Waktu Singkat, Anies Bilang Begini