Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif

Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif
Dosen Universitas Negeri Malang Muhammad Yahya PhD menyebut pengalamannya menunjukkan pentingnya tetap menjaga pikiran positif saat mengalami kondisi parah akibat serangan COVID. (Istimewa)

Periode itulah, jelas dr Andika, yang disebut terjadi badai sitokin, yaitu peradangan yang begitu hebat dalam tubuh sehingga mempengaruhi sistem organ lainnya, termasuk otak.

Kesadaran menurun karena hypoxia pada otak

Dokter Andika menambahkan, kalau saturasi oksigen pasien seperti Muhammad Yahya tinggal 60 persen, telah terjadi gawat napas.

"Jadi telah terjadi hypoxia atau kadar oksigen yang rendah dalam darah, yang pada akhirnya menyebabkan kadar oksigen dalam jaringan juga berkurang," jelasnya.

Tubuh kita ini, kata dr Andika, memberikan kompensasi.

Artinya ketika kadar oksigen sudah turun, maka tubuh akan membagi oksigen tersebut ke organ-organ yang penting terlebih dahulu, misalnya ke jantung.

"Bila kadar oksigen di otak sudah rendah, bisa kejadian hypoxia di otak. Salah satu manifestasi hypoxia di otak itu termasuk kesadarannya bisa menurun, mengalami black out seperti itu," katanya.

Terkait plasma convalesen yang pernah diterima Muhammad Yahya, menurut dr Andika, ada rangkuman sejumlah konferensi akademik yang mengumpulkan seluruh penelitian di luar negeri yang memperlihatkan bahwa plasma convalesen ini sebenarnya tidak banyak manfaatnya.

"Tapi memang di Indonesia sendiri, penelitiannya masih berlangsung. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, memang pada pneumonia berat bila timingnya tepat, pemberian plasma darah ini memberikan perbaikan," jelasnya.

Muhammad Yahya, warga kota Malang di Jawa Timur, berbagi pengalaman kesembuhannya dari COVID setelah melewati badai sitokin dengan saturasi oksigen sangat rendah

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News