Pengalaman Pemegang Working Holiday Visa di Australia

Pengalaman Pemegang Working Holiday Visa di Australia
Pengalaman Pemegang Working Holiday Visa di Australia

Sejak tahun 2012, Indonesia dan Australia sepakat untuk membuka kesempatan bagi 1.000 pemuda dari kedua negara untuk bekerja sekaligus berlibur melalui fasilitas Working and Holiday Visa. Namun, kuota 1.000 bagi WNI tidak pernah terpenuhi. Apa penyebabnya?

Menurut Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, salah satu penyebab kuota Working and Holiday Visa untuk WNI tidak pernah terpenuhi adalah karena syarat jumlah uang deposit. WNI yang akan mengambil visa jenis ini memang diharuskan memiliki minimal uang Rp 50 juta atau sekitar AUD 5 ribu di rekeningnya.
"Program ini ditandatangani Pak SBY saat bertemu dengan Julia Gillard di Darwin tahun 2012, di situ diputuskan setiap tahun Indonesia mengirim seribu pemuda untuk work and holiday visa dan Australia mengirim seribu juga," jelas Dubes Nadjib.
"Tapi pada kenyataannya untuk Indonesia masih agak mahal, karena mereka mesti deposit Rp 50 juta dan mereka juga visanya mahal. Jadi makanya seribu itu belum tercapai, tahun lalu hanya 500 orang, jarang yang sanggup itu naruh Rp 50 juta untuk deposit," ungkapnya.
Angka deposit yang menjadi penghambat inilah yang coba dicarikan solusinya oleh Dubes Nadjib. Dia tengah melobi pemerintah Australia agar menurunkan jumlah minimal deposit bagi WNI yang akan mengambil Working and Holiday Visa. Maklum, Working Holiday Visa ini diperuntukkan bagi WNI yang berusia 18-30 tahun, usia pada masa lulus SMA hingga awal meniti karir.

Working and Holiday Visa adalah fasilitas resiprokal baik bagi Australia dan Indonesia yang diperuntukkan bagi warga kedua negara berusia 18-30 tahun untuk bisa berlibur dan bekerja. Untuk Indonesia, visa ini memberikan kesempatan bagi pemuda Indonesia untuk berlibur sambil bekerja di Australia selama jangka waktu 1 tahun. Begitu juga sebaliknya.

Setiap tahunnya, Indonesia mendapatkan kuota 1.000 orang yang bisa mendapatkan visa jenis ini. Sebagian besar pemegang visa ini boleh bekerja di bidang perkebunan, peternakan dan bidang jasa seperti perhotelan dan restoran.

Pengalaman Pemegang Working Holiday Visa di Australia
Konjen RI Darwin Andre Omer Siregar. (Foto: Ikhwanul Khabibie/detikcom)

Sementara itu, Konsul Jenderal Indonesia di Darwin, Andre Omer Siregar mengungkapkan bahwa program ini akan sangat berguna bagi para pemuda Indonesia. Andre sangat menginginkan lebih banyak pemuda Indonesia, terutama dari wilayah timur, seperti Nusa Tenggara dan Maluku.

"Keadaan alam di Northern Territory ini kan hampir sama dengan Indonesia wilayah timur, sehingga para pemuda itu nantinya bisa mendapatkan pengetahuan baru di bidang perkebunan, pertanian dan peternakan dari sini," tegas Andre.

Andre mengungkapkan, berbagai bidang pekerjaan itu bisa dimasuki para WNI pemegang Working and Holiday Visa. Bidang pekerjaan yang bisa dimasuki itu, menurut Andre sebagian besarnya berada di wilayah Northern Territory (NT).
"Para pemegang visa ini bisa bekerja di perkebunan sebagai pemetik buah, atau di peternakan maupun di beberapa bidang lain," jelas Andre.
Walaupun bekerja di bidang perkebunan atau peternakan, jangan bayangkan gajinya kecil. Pemerintah Australia menerapkan standar gaji tinggi, termasuk bagi para pekerja di bidang peternakan dan perkebunan.
"Orang Australia bisa dibilang sangat menghargai blue collar workers dan backpacker workers," tegas Andre.

Pengalaman Faatih Nathasa Putri

Simak kata Faatih Nathasa Putri, salah satu WNI yang sudah merasakan nikmatnya fasilitas Working and Holiday Visa. Faatih kini merupakan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia untuk wilayah Northern Territory.

Sejak tahun 2012, Indonesia dan Australia sepakat untuk membuka kesempatan bagi 1.000 pemuda dari kedua negara untuk bekerja sekaligus berlibur melalui

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News