Pengamat Dukung DPR Belajar Etika
Minggu, 24 Oktober 2010 – 19:43 WIB

Pengamat Dukung DPR Belajar Etika
JAKARTA - Di saat gencarnya kritikan masyarakat terhadap anggota DPR yang plesiran ke luar negeri dengan dalih studi banding, namun salah seorang pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Ibramsyah justru mendukung studi banding Badan Kehormatan (BK) DPR ke Yunani. "Kali ini saya mendukung studi BK DPR ke Yunani karena substansi dari studi banding itu sangat esensial yakni belajar etika," tegas Ibramsyah, di Jakarta, Minggu (24/10). "Mendingan belajar etika dulu, karena masa jabatan mereka sebagai anggota dewan masih panjang yakni empat tahun lagi. Setelah itu, kita akan saksikan perubahan sikap dan prilaku para anggota dewan kita dari semula tidak beretika hijrah menjadi anggota dewan beretika," harap Ibramsyah.
Mestinya, lanjut Ibramsyah, jangan hanya delapan anggota BK DPR yang ke Yunani untuk belajar etika. Dalam konteks belajar etika, semua anggota parlemen RI (DPR dan DPD) pasti kita dukung untuk ke Yunani. "Penguatan etika anggota dewan itu sangat penting karena selama ini rakyat merasakan betapa para anggota DPR dan DPD sangat lemah dari sisi etik," tuturnya.
Baca Juga:
Menjawab pertanyaan kenapa harus ke Yunani? Ibramsyah pun tidak menyoal negara tujuan. Itu semua pilihan ada pada mereka, tapi yang penting setelah mereka kembali dari belajar etika maka bangsa ini tentu akan menyaksikan para wakilnya akan bertingkah-laku penuh dengan etika.
Baca Juga:
JAKARTA - Di saat gencarnya kritikan masyarakat terhadap anggota DPR yang plesiran ke luar negeri dengan dalih studi banding, namun salah seorang
BERITA TERKAIT
- Prabowo Sebut Petani Harus Bisa Punya Rumah dan Mobil
- Sempat Geger Soal Surat Panggilan, Sidang Gugatan Terhadap Budiharjo Digelar di PN Jambi
- Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
- Kemenkes & Takeda Edukasi Pentingnya Pencegahan Dengue, Jangan Tunggu Wabah Datang
- PKPU Menjadi Harapan Terakhir Untuk Kembalikan Dana Nasabah PT Fikasa Group
- Gereja Katedral Bandung Gelar Misa Requiem untuk Paus Fransiskus