Pengamat: Hentikan Feodalisme Sistem Pendidikan di Indonesia

Hal ini diperkuat data dari World Economic Forum bahwa 36 persen dunia kerja dan industri akan didominasi pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi untuk memecahkan persoalan yang kompleks.
Sekitar 90 persen kompetensi yang harus disiapkan oleh generasi mendatang adalah penguasaan di aspek softskill dan karakter, bukan konten akademik.
"Akademik yang dibutuhkan ke depan adalah jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan penalaran dan teknik analisis untuk keperluan data saintis dan kecerdasan buatan," jelasnya.
Nur Rizal menawarkan kompas perubahan yang bertujuan menggeser paradigma standarisasi akademik menuju manusia seutuhnya (wellbeing). Kompas perubahan GSM tersebut antara lain adalah perubahan budaya feodalisme menuju budaya yang memerdekakan dan memberdayakan.
"Dengan perubahan ekosistem ini, guru memiliki ruang dan kesempatan untuk membuat kurikulum sekolah yang lebih dibutuhkan siswa dan kontekstual," terangnya.
Selain ekosistem, tambahnya, kompas perubahan harus terjadi dari penguasaan materi ke penalaran dan analisis. Guru yang tadinya hanya mengajar kurikulum ke guru yang memfasilitasi pengembangan individu. Juga dari ekosistem kompetisi ke ekosistem kolaborasi dan sharing. (esy/jpnn)
Pengamat dan praktisi pendidikan dari UGM Muhammad Nur Rizal menilai sistem pendidikan di Indonesia yang feodal bisa dihentikan lewat seni budaya.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Algonova Bantu Asah Keterampilan Anak-anak Sejak Dini
- Waka MPR Ibas Berharap Sekolah Rakyat Dibangun di Pacitan, Minta Bupati Siapkan Lahan
- Wakil Ketua MPR Minta Penerapan Wajib Belajar 13 Tahun Dipersiapkan dengan Baik
- Kemnaker dan Kemendikdasmen Teken MoU Sinkronisasi Pendidikan dan Ketenagakerjaan
- Verrell Bramasta: Pendidikan Adalah Kunci untuk Menciptakan Generasi Unggul
- Gen Z Didorong Melek Finansial melalui Edukasi dan Inovasi Digital