Pengamat: Koalisi Partai Islam Sulit Terwujud

jpnn.com - JAKARTA - Koalisi yang dibentuk partai-partai Islam dianggap hanya buang-buang waktu. Mengingat, banyak partai Islam sendiri yang masih mengalami kisruh di internal.
Pemerhati politik dari UIN Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, partai Islam boleh saja optimis dengan mengajukan calon presiden sendiri. Namun, hal itu sudah tidak relevan lagi lantaran persoalan bangsa yang kompleks tidak bisa ditanggung hanya oleh partai Islam saja melainkan juga harus melibatkan semua elemen termasuk kaum nasionalis.
"Bagaimana partai Islam berkoalisi, di internalnya saja kisruh. Sulit terjadi koalisi partai Islam sebab belum ada partai Islam yang mau mengalah untuk menahan diri menunda ayam jagoannya untuk bertarung capres," jelas Syarwi saat dihubungi, Jumat (17/4).
Menurutnya, selama partai-partai Islam belum mampu membuang egonya maka selama itu juga hanya menjadi wacana kering tanpa makna. Koalisi parpol islam hanya menjadi pembicaraan yang mubazir.
Selain itu, figur capres dari partai Islam juga tidak ada yang menjual. Sehingga, koalisi partai Islam sulit terwujud apabila capresnya tidak bisa diterima di lingkarannya sendiri.
"Sampai hari ini saya belum melihat tercapai kata mufakat siapa yang akan diusung capres dari koalisi parpol Islam. Figur capres koalisi parpol Islam harus memiliki elektibilitas minimal 90 persen, dikenal dan disukai rakyat. Saya rasa masih kesulitan mendapatkannya di internal parpol Islam," demikian Syarwi.(zul/rmol)
JAKARTA - Koalisi yang dibentuk partai-partai Islam dianggap hanya buang-buang waktu. Mengingat, banyak partai Islam sendiri yang masih mengalami
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Gus Imin Titip 3 Pesan Penting saat Silaturahmi Ramadan PKB
- PDIP Nilai Pertemuan Jokowi dan Hashim Bermuatan Politik Pencitraan
- Safari Ramadan Plt Ketum PPP ke Sumut, Buka Bersama Kader hingga Bertemu Bobby Nasution
- PSI Membela Teddy Indra Wijaya
- PSI Perorangan: Langkah Modernisasi Partai dan Loyalitas pada Jokowi
- Prabowo Penuhi Unsur Keterbukaan saat Bertemu Konglomerat, Beda dengan Jokowi yang Tertutup