Pengamat Kritik Keras KPU yang Hanya Keluarkan Surat Edaran soal Keputusan MK

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti mengkritik Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hanya mengelurkan surat edaran setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan soal batas usia capres-cawapres.
Ray menyebut seharusnya KPU merevisi PKPU, bukannya mengeluarkan surat dinas yang dikirim ke partai politik.
"Oleh KPU sebelumnya mereka siap melakukan revisi dan melakukannya, tetapi kenyataannya KPU hanya melakukan dengan cukup memberi surat edaran kepada parpol agar mentaati dan melaksanakan perintah MK," kata Rangkuti dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (20/10).
Menurutnya, tindakan KPU tersebut tidak dapat dijadikan dasar hukum. Sebab, syarat pencalonan berdasar atas undang-undang yang tertera dalam PKPU.
"Minimal syarat itu ada di undang-undang dan di bawah UU ada PKPU. Surat edaran itu berlaku hanya untuk internal," kata dia.
Rangkuti menyebut jika memaksakan hanya dengan surat edaran, maka akan menimbulkan polemik dan berpotensi terjadi gugatan administrasi.
"Akan jadi masalah dan digugat dijadikan sengketa. Kita sebut Prabowo mencalonkan wakilnya Gibran (Rakabuming Raka) bisa jadi sengketa administrasi. Dasarnya tidak ada di PKPU. Pasti akan merugikan pihak yang mendaftar," beber dia.
Dia pun mendorong KPU segera melakukan revisi PKPU dengan melibatkan DPR.
Pengamat politik Ray Rangkuti mengkritik KPU yang tidak merevisi PKPU setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan soal batas usia capres-cawapres.
- Asido Ungkap Peran Advokat dalam Bidang Kepailitan dan PKPU
- Mega Larang Kepala Daerah PDIP Ikut Retret, Pengamat Singgung Soal Prabowo Pekikkan Hidup Jokowi
- Bukalapak Resmi Mengajukan Permohonan PKPU terhadap Harmas
- Jokowi Cawe-Cawe di Pilpres 2024, Bukti Datang dari Prabowo
- Soal Raja Kecil Melawan Kebijakan Pemerintah, Pengamat: Prabowo Jangan Cuma Galak saat Pidato
- Kinerja Polri Buruk, Ray Rangkuti: Tak Hanya Reposisi, tetapi Perlu Reformasi Polri