Pengamat: Masa Depan Tak Bisa Diprediksi, Jangan Bikin Kurikulum Tetap
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan Praktisi Pendidikan Muhammad Nur Rizal menyarankan pemerintah tidak membuat kurikulum pendidikan yang tetap.
Menurutnya, kurikulum harus dibuat fleksibel dan dinamis karena gambaran masa depan 10-20 tahun ke depan belum jelas.
"Dulu masa depan digambarkan masuk sekolah favorit, lulus dengan nilai terbaik kemudian masuk perguruan tinggi ternama, dapat IP 4.00, pasti dapat pekerjaan yang bagus dan digaji tinggi. Itu gambaran 20-30 tahun lalu," kata Nur Rizal dalam webinar dengan topik blended learning menuju tatanan baru pendidikan Indonesia, Selasa (7/7).
"Namun, 10-20 tahun nanti, masa depan seperti apa kita tidak tahu," imbuhnya.
Bahkan, pekerjaan-pekerjaan yang dianggap luar biasa mewah akan hilang 10-20 ke depan.
Itu sebabnya strategi pendidikan harus dibuat kurikulum yang fleksibel sehingga guru dan murid belajar dengan metode berbeda-beda.
Bisa lewat online learning, belajar dari alam, industri, atau metode lainnya.
"Flexible learning ini adalah ruh dari pendidikan di era tatanan baru," ujar dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini.
Kurikulum pendidikan di Indonesia seharusnya yang bisa memfasilitasi perubahan, karena yang konstan adalah perubahan.
- Pernyataan Meutya Hafid soal Mata Pelajaran Coding Masuk Kurikulum SD-SMP, Simak
- Deep Learning Pengganti Kurikulum Merdeka Belajar? Simak Penjelasan Mendikdasmen
- Daewoong Foundation Kenalkan Budaya Korea Lewat BiTP-DF Korean Center
- Human Initiative Gandeng Guru Ajarkan Mitigasi Bencana Sejak Dini pada Murid TK
- Guru PPPK Ramai-Ramai Minta Prabowo Sederhanakan Kurikulum & Pangkas Jam Kerja
- Octa Terapkan Kurikulum Khusus, Sadar Pendidikan Dasar di Indonesia Timur