Pengamat Minta Pemerintah Waspadai Risiko di Balik Penekanan Harga Tes PCR
Namun, Andree menyebut tidak mudah untuk menilai efektivitas kebijakan ini tanpa informasi lengkap mengenai komponen biaya.
Oleh karena itu, dia berpesan, pemerintah perlu juga memperhatikan reaksi pasar.
"Jika setelah harga dipatok malah banyak lab yang tidak menawarkan PCR lagi atau terjadi kelangkaan PCR, berarti harga tersebut tidak bisa menutupi biaya lab," katanya.
Andree menuturkan solusi paling aman adalah menambah pasokan dengan memperbanyak jalur impor.
Dia menambahkan untuk jangka menengah dan panjang, solusi yang dibutuhkan adalah menarik investasi pada manufaktur alat kesehatan dalam negeri.
Selama ini, Andree menyebutkan berdasarkan data terakhir dari Kementerian Keuangan terlihat masih lemahnya testing dan tracing. Anggaran yang dikucurkan hanya sebesar Rp 4,0 8 triliun dari total anggaran penanganan Covid-19 2021 sebesar Rp 185,98 triliun.
"Jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan alokasi vaksinasi sebesar Rp 58 triliun dan Rp 59,1 triliun untuk pengobatan," kata Andree. (mcr10/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Pengamat menyebutkan penekanan harga tes PCR memiliki sejumlah risiko. Pemerintah diminta mewaspadai risiko tekanan pada harga tes PCR.
Redaktur & Reporter : Elvi Robia
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living
- Diikuti 12.300 Pelari, Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar
- Puluhan Perusahaan Raih BUMN Branding & Marketing Awards 2024
- Begini Penjelasan Ahli Hukum Bisnis soal Kerja Sama PT Timah dengan Swasta
- Taspen Pastikan Kelancaran Penyaluran Dana Pensiun kepada 3,1 Juta Peserta
- BAZNAS Tingkatkan Sinergi dengan Mitra untuk Penguatan Layanan Zakat