Pengamat Pasar Uang Beberkan Penyebab Kurs Rupiah 'Loyo' Terus
jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin Pagi (22/3) melemah.
Pada pukul 9.37 WIB, rupiah bergerak melemah 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp 14.433 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.408 per USD.
Pengamat Pasar Uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan, rupiah masih dibayangi imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).
"Yield obligasi AS masih akan jadi perhatian pasar karena tidak ada antisipasi dari The Fed dan kekhawatiran inflasi di AS," kata Rully di Jakarta, Senin (22/3).
Dia menjelaskan, USD menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan pekan lalu.
Bahkan, lanjut dia, penguatan USD merupakan yang terpanjang, karena lebih dari satu minggu.
"Penguatan setelah bank sentral AS menyatakan tidak akan memperpanjang keringanan sementara persyaratan modal bank, yang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS naik dari level terendah hari itu," papar Rully.
Menurut dia, Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), mengumumkan tidak akan memperpanjang aturan sementara yang mengarahkan bank-bank besar menahan lebih banyak modal untuk aset mereka seperti obligasi pemerintah yang berakhirnya pada 31 Maret.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah.
- Rupiah Melemah Karena Penggeledahan di BI? Misbakhun Angkat Suara
- Rupiah Anjlok Lagi, Per USD Tembus Rp 16.313
- Rupiah Hari Ini Makin Ambyar Terpengaruh IHK Amerika
- Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin, 'Kabinet Obesitas' jadi Faktor Pemicu
- Rupiah Hari Ini Terkerek Pelantikan Presiden Prabowo Subianto
- Pemerintah Fokus Menjaga Aliran Investasi untuk Pembangunan Masa Depan