Pengamat Politik Dewi Fortuna Anwar Pun Masih Bingung Pilih Partai di Pemilu 2019

Pengamat Politik Dewi Fortuna Anwar Pun Masih Bingung Pilih Partai di Pemilu 2019
Pengamat Politik Dewi Fortuna Anwar Pun Masih Bingung Pilih Partai di Pemilu 2019

Acara tersebut digelar di Sydney, Canberra, dan Melbourne.

Menurut peneliti dan pengamat politik dari LIPI tersebut, pemilu yang pertama kalinya digelar secara simultan ini lebih terfokus pada pemilihan presiden, sehingga ruang yang diberikan kepada warga untuk mengenal caleg dan partai menjadi terbatas.

"Sebelumnya, warga memilih caleg terlebih dahulu dan setelah caleg terpilih dan mengamankan kursinya, merekalah yang kemudian menominasikan kandidat presiden."

"Tetapi ini membuat kandidat presiden menjadi sandera karena ketergantungan penuh dengan suara partai," jelas Dewi saat ditanya mengapa pemilu di Indonesia dilakukan secara serentak, selain karena alasan efisiensi biaya.

Pengamat Politik Dewi Fortuna Anwar Pun Masih Bingung Pilih Partai di Pemilu 2019 Photo: Kebanyakan calon legislatif di Indonesia tidak memaparkan program apa yang ditawarkan kepada daerah pemilihannya. (ABC News: Max Walden)

Dalam pemaparannya yang dimoderatori oleh Ben Bland, Direktur Proyek Asia Tenggara di Lowy Institute, Dewi mengatakan isu-isu yang dihadapi warga sehari-hari bukanlah menjadi hal yang terlalu penting bagi kandidat pemilihan umum di Indonesia.

"Pemilu selama ini lebih ke soal sosok dan kepribadian calon, kita nyaris tak pernah mendengar strategi berbeda [dari kandidat] untuk mencapai tujuan tertentu."

Hubungan dengan Australia

Pengamat Politik Dewi Fortuna Anwar Pun Masih Bingung Pilih Partai di Pemilu 2019 Photo: Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham (kiri) dan Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita (kanan) dalam acara penandatanganan IA-CEPA di Jakarta (4/03/2019). (Foto: ABC News, Nurina Savitri)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News