Pengamat: Premium Layak Dihapus, Alihkan Subsidi ke Pertamax
jpnn.com, JAKARTA - Rencana Pertamina menghapus BBM bernilai oktan rendah dengan alasan mengacu pada aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 20 tahun 2017 mengenai pembatasan Research Octane Number (RON) dinilai tepat.
Menurut Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, BBM RON rendah seperti Premium, sudah tidak sesuai perkembangan zaman.
Apalagi kendaraan bermotor, baik roda dua, maupun roda empat saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM dengan RON tinggi, minimal RON 92, seperti Pertamax.
BBM RON rendah juga lebih boros dan berdampak negatif pada mesin.
Apalagi mayoritas negara di dunia sudah tidak ada yang menjual BBM Ron 88 seperti premium.
"Mesin kendaraan berrmotor keluaran terbaru, memang tidak diperuntukkan bagi BBM RON rendah seperti Premium. Jika dipaksakan, akan memunculkan banyak masalah. Karena pembakaran tidak sempurna, maka mesin akan menjadi mengelitik, tenaga berkurang, dan membuat mesin tidak awet," terang Mamit dalam keterangannya, Kamis (18/6).
Dikatakan, untuk mendorong konsumsi BBM RON tinggi, penjualan premium sudah seharusnya mulai dibatasi.
Hanya, harus diakui ada tantangan lain, sisi konsumsi solar subsidi, karena banyak kendaraan yang angkutan yang digunakan.
Agar konsumsi Pertamax bisa lebih tinggi, pemerintah sebaiknya menghapus premium dan mengalihkan subsidi ke Pertamax series.
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Dukung Program Pengolahan Sampah di Tasikmalaya
- Lewat Program SEB, Pertamina Berkomitmen Edukasi Energi Bersih di Kalangan Siswa
- Jangan Kaget, Simak Perincian Harga Terbaru Pertamax dan Dexlite
- Kabar Awal Tahun, Pertamina Menaikkan Harga BBM
- Tahun Baru, Harga Pertamax Cs Naik, Berikut Daftarnya
- Jelang Pergantian Tahun, Komut dan Dirut Pertamina Kunjungi Integrated Terminal Jakarta