Pengamat Tata Kota Sebut Aparat Lemah kepada Preman Bisa Hilangkan Kepercayaan Publik

Pengamat Tata Kota Sebut Aparat Lemah kepada Preman Bisa Hilangkan Kepercayaan Publik
Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna. Foto: Antara

"Kalau polisi dan Satpol PP tidak mau bertindak, kami akan bongkar sendiri!," ujar Dadang Sudrajat saat dihubungi.

Dadang mengatakan beberapa waktu sudah ada rencana untuk pembongkaran. Namun, rencana itu ditunda oleh polisi, dengan alasan itu akan dilakukan seusai pilkada.

"Mereka bilang akan buat situasi tidak kondusif, tetapi nyatanya kalau mau kondusif harusnya ada penangkapan," tutupnya.

Sementara itu, Hasan Warga Ciwaringin menambahkan alasan pilkada hanya dipakai untuk buat masyarakat lupa.

"Ini sengaja diulur-ulur terus, sekarang pakai alasan pilkada setelah itu ada lagi alasannya, ini polisi dan Satpol PP sama saja sedang diinjak-injak oleh kelompok Jupri Cs, karena kalau sampai akhirnya jadi dibongkar preman itu tidak akan ada uang," kata Hasan.

Hasan juga mengatakan kalau bicara kondusif keamanan jelang pilkada, lalu ke mana selama ini polisi dan Satpol PP.  

Dia menyebutkan protes ini sudah terjadi dari tahun 2020, bahkan kelompok preman sempat lakukan perlawanan.

"Kalau bicara kondusitifitas pilkada apa kabar spanduk provokasi oleh preman yang beberapa waktu lalu terjadi dan dibantah pedagang itu juga membuat situasi tidak kondusif dan bisa membuat bentrok aparat harus tegas tidak mengulur terus," kata Hasan.

Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna menilai premanisme yang terjadi di pasar khususnya Pasar Tumpah Bogor bentuk ketidaktegasan aparat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News