Pengangkatan Dirut Pertamina Baru Terkesan Dipaksakan
jpnn.com - JAKARTA -- Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean mengaku kecewa dengan penunjukkan Dwi Soetjipto menjadi direktur utama Pertamina yang baru. Alasannya, mantan direktur utama Semen Indonesia terkesan dipaksakan.
"Kami sangat kecewa karena ketidakpahaman DS (Dwi Soetjipto) tentang seluk beluk migas," kata Ferdinand, Sabtu (29/11), kepada wartawan.
Menurutnya, ketidapahaman Dwi tentang energi secara makro dikarenakan tidak punya latar belakang sama sekali di bidang migas.
Sehingga menambah keyakinan bahwa Dwi hanya akan dijadikan sebagai eksekutor dari kebijakan orang di belakangnya.
"Tipikal Dwi bukan tipikal orang yang berani melawan mafia. Inilah yang membuat kami ragu dengan sosok yang satu ini. Tapi kami akan berdiri paling depan mengkritisi kebijakannya," tegasnya.
Sedangkan pengamat dari Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH) M Hatta Taliwang menilai pemilihan Dwi Sutjipto sebagai Dirut Pertamina sudah dalam desain meliberalisasi pengelolaan energi nasional.
Penunjukan ini pun memperkuat anggapan bahwa keberadaan Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas (KRTKM) yang diketuai Faisal Basri hanyalah tameng untuk mengelabui kebijakan-kebijakan yang sudah diskenario pemerintah Jokowi-JK.
"Dari awal saya katakan, pembentukan Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas (KRTKM) hanyalah lip service rezim ini saja. Itu LSM enggak jelas," ucap Hatta.
JAKARTA -- Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean mengaku kecewa dengan penunjukkan Dwi Soetjipto menjadi direktur utama
- Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 16 November 2024 Turun Tipis, Berikut Daftarnya
- Gerakan Boikot Jangan Dimanfaatkan untuk Persaingan Bisnis
- Pemerintah Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan
- Lion Parcel dan Indah Logistik Bekerja Sama untuk Perkuat Infrastruktur Pengiriman
- Presiden Prabowo Saksikan Serah Terima Kepemimpinan Kaukus ASEAN – ABAC dari Indonesia ke Malaysia
- Netzme Luncurkan Sentra QRIS UMKM di Surakarta