Pengaruh K-Beauty Tak Sekadar soal Industri dan Pasar, Masyarakat Harus Kritis
jpnn.com, JAKARTA - Indonesia mulai memasuki gelombang demam K-Beauty (kecantikan). Disinyalir kemolekan K-Beuaty menarik hati masyarakat seusai gempuran K-Drama (sinetron) dan K-Pop (musik).
Praktisi dan juga peneliti budaya dan komunikasi (cultural studies) Wahab Afwan menilai saat ini Indonesi dilanda tren K-Wave gelombang ketiga.
Namun, berbeda dengan K-Drama dan K-Pop yang lebih pada produk entertainmen saja. Pengaruh K-Beauty lebih luas dan mendalam, karena mengubah orientasi budaya, fisik, dan ekonomi.
“Untuk itu, kita harus lebih kritis, karena pengaruhnya lebih luas, terutama terhadap industri kosmetik nasional Indonesia dan pada budaya kita,” ujar Afwan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (13/7).
Mahasiswa doktoral ilmu komunikasi di Universitas Padjadjaran itu menuturkan K-Beauty adalah standar kecantikan dan ganteng yang orientasinya ingin meniru artis-artis Korea, yang biasanya berpenampilan wajah glowing, putih, dan kurus.
Hal itu pun membuat industri kosmetik mengisi materi komunikasinya dengan acuannya yang mengarah kepada K-Pop.
Padahal, Indonesia sudah memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda.
Menurut Afwan, produk-produk kosmetik ala K-Beauty lebih cocok untuk masyarakat sub-tropical seperti Korea dan Jepang, sementara kita hidup dan berbudaya dalam alam tropical paradise.
Indonesia mulai memasuki gelombang demam K-Beauty (kecantikan). Disinyalir kemolekan K-Beuaty menarik hati masyarakat seusai gempuran K-Drama dan K-Pop.
- Menaker Yassierli Tegaskan Pentingnya Integritas dan Reformasi Pengawas Ketenagakerjaan
- PT Dahsheng Resmi Kantongi Izin Fasilitas Kawasan Berikat dari Kanwil Bea Cukai Banten
- Talent Hub 2024, Wadah Regenerasi Talenta Seni Budaya
- Viva Yoga Ungkap Rencana Kementrans Bangun Industri Coklat di Kawasan Transmigrasi
- Pemerintah Beberkan Penyebab Harga MinyaKita Meroket
- IDCTA Sebut Indonesia Berkapasitas Mengelola Emisi Karbon