Pengawasan SNI Tidak Ketat, Industri Baja Lokal Makin Tergerus
jpnn.com, JAKARTA - Industri baja di tanah air tengah mengalami penurunan produktivitasnya. Hal itu mulai terjadi sejak tahun 2017 sejak maraknya gempuran baja impor dari Tiongkok, Vietnam, Korea dan lainnya.
Ketua Umum ARFI Stephanus Koeswandi mengatakan, impor baja memang lebih murah. Namun kondisi itu justru membunuh produsen lokal.
“Dampak buruk impor baja dari luar cukup membuat industri hilir tertekan, sehingga mengalami penurunan produktivitas. Bahkan ada beberapa line yang sudah mati karena tidak mampu menghadapi persaingan harga,” kata Stephanus pada awak media di Jakarta, Rabu (17/7).
BACA JUGA: Produk Tiongkok dan Vietnam Bikin Industri Baja Domestik Terjepit
Menurut Stephanus, kebijakan pemerintah yang ingin meningkatkan produksi dalam negeri justru tidak berpihak kepada produsen baja lokal, yang merasa dilematis dengan peraturan yang tidak tegas.
Ketua Umum ARFI Stephanus Koeswandi. Foto: Istimewa
Sebelumnya, ARFI sebagai produsen baja lokal yang lebih mengutamakan bahan baku dari dalam negeri, meminta kepada pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, untuk mengambil kebijakan yang berpihak kepada produsen lokal.
BACA JUGA: Indonesia Ajak Jepang Tambah Investasi di Sektor Industri Kimia dan Baja
Ketua Umum ARFI Stephanus Koeswandi mengatakan bahwa impor baja justru membunuh produsen lokal.
- Menko Airlangga Ungkap Industri Baja Indonesia Diperhitungkan Berbagai Negara di Dunia
- Gunung Raja Paksi Berpartisipasi Dalam Asia Steel Market 2023
- Pengawasan Baja Non-SNI Jadi Langkah Nyata Perlindungan bagi Industri Nasional
- 2.032 Ton Baja Non-SNI Dimusnahkan, Krakatau Steel: Bisa Memberikan Efek Jera
- BLKP Perkenalkan Produk Unggulan di Pameran Industri Baja Terbesar Indonesia
- Perkuat Industri Baja, Indonesia Pererat Kerja Sama dengan Taiwan