Pengelolaan Lahan Lebih Hemat dengan Zonasi Lahan Sawah
Kajian ini juga menghubungkan antara setiap zona dengan rekomemdasi pemupukan dan sistem budidaya padi. Untuk Zone D sistem budidaya PTT dianjurkan dan pupuk anorganik 75 persen hingga 100 persen dari rekomendasi anjuran sementara pupuk organik 2 hingga 5 ton/ha. Sementara itu, Zona A dianjurkan memakai teknologi SRI dengan 0 persen pupuk anorganik dan minimal 15 ton/ha pupuk organik.
Perbedaan rekomendasi untuk setiap zona akan menghemat subsidi pupuk karena setiap zona tidak perlu menerapkan anjuran aplikasi pupuk anorganik full paket (rekomendasi 100 persen).
“Iya, hasil kajian ini dapat mengarahkan logistik pupuk dan implementasi pemupukan di lapang. Tentunya, ini juga akan berkaitan dengan aspek-aspek lain seperti keperluan dan penyediaan pupuk anorganik dan bahan organik serta keperluan pembiayaan untuk subsidi,” jelas Yiyi.
Dalam atlas peta ini dipaparkan penghematan pupuk yang dapat terjadi sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan,” kata Yiyi.
“Publikasi ini sangat penting dan tersedia serta dapat diakses dengan mudah. Selain itu, penyusunan atlas peta ini menunjukan bahwa pemerintah berkomitmen untuk membangun pertanian yang lebih efisien, efektif, dan berkelanjutan,” pungkasnya.(jpnn)
Badan Litbang Pertanian Kementan telah menghasilkan Atlas Peta yang berisi kumpulan peta-peta tanah tematik. Setiap peta menyajikan informasi tipe lahan sawah.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya