Pengembangan Industri Pertahanan Perlu Menyesuaikan Geopolitik
Senin, 08 Oktober 2012 – 04:04 WIB
JAKARTA - Indonesia harus memfokuskan diri pada pengembangan industri pertahanan sesuai geopolitik yang ada. Jika hal itu dilakukan, diyakini industri strategis akan mapan dalam kurun waktu 20-30 tahun ke depan. Bahkan diprediksi, Indonesia dalam 50 tahun ke depan dapat kembali seperti Kerajaan Sriwijaya di masa lalu yang memiliki armada laut terkuat di Asia.
“Pengembangan industri alusista (alat utama sistem persenjataan), harus disesuaikan dengan kondisi geopolitik sebagai negara kepulauan. Jadi fokusnya seperti membuat kapal patroli cepat, kapal perang siluman. Dan jika sumberdaya manusianya cukup memadai, sekalian membuat kapal selam. Itu kalau berani visioner,” cetus pengamat pertahanan dari Universitas Indonesia, Aditya Batara, di Jakarta, Minggu (7/10).
Baca Juga:
Menurutnya, langkah ini sangat diperlukan. Pasalnya, hampir semua negara-negara maju juga menempatkan spesialisasi alutsista tertentu untuk dikembangkan. Terlebih lagi, tidak pernah ada satu negara pun yang mampu memroduksi berbagai alutsista dengan kualitas mumpuni yang merata.
“Misalnya Amerika mereka terkenal dengan pesawat tempurnya, Jerman dengan tanknya dan Israel dengan pesawat tanpa awaknya. Karena itu Indonesia juga jangan memroduksi semuanya. Karena sudah pasti mahal dan butuh riset yang lebih lama,” ulasnya.
JAKARTA - Indonesia harus memfokuskan diri pada pengembangan industri pertahanan sesuai geopolitik yang ada. Jika hal itu dilakukan, diyakini industri
BERITA TERKAIT
- 5 Berita Terpopuler: Terungkap Kriteria Honorer dapat Afirmasi di Seleksi PPPK, Silakan Lapor ke Sini jika Ada Kekurangan
- Program Sarapan Sehat Bergizi tak Hanya untuk Anak Didik, Tetapi juga Menyasar Para Guru
- Heboh Polisi Tembak Polisi di Sumbar, Perintah Kapolri Tegas!
- Kasat Reskrim Tewas Ditembak AKP Dadang Iskandar, Ini Diduga Pembunuhan Berencana
- Ariawan: KWP Siap Berkolaborasi dengan DPD RI Demi Bangsa dan Negara
- Judi Online Rusak Generasi Muda, Menpora Dito Nyatakan Perang