Pengendalian Perubahan Indonesia Dipaparkan di COP24

Pengendalian Perubahan Indonesia Dipaparkan di COP24
Paviliun Indonesia di COP24 Katowice, Polandia. Foto: Humas KLHK

Sedikit berbeda dengan Gorontalo, kabupaten Pidie lebih mengutamakan penyelamatan hutan.

Wakil Bupati Pidie, Fadhlullah T.M. Daud, mengutarakan bahwa Aceh yang merupakan benteng terakhir hutan Sumatera mempunyai potensi kawasan hutan seluas 3 juta ha di mana 80%-nya adalah hutan lindung.

“Di sana terdapat 400 gajah sumatera, 70 badak sumatera, 100 harimau sumatera, 6.000 orangutan”, kata Fadhlullah

Bupati Pidie mempunyai pemikiran bahwa desa adalah garda terdepan dalam menjaga hutan dan pengendalian perubahan iklim. 

Untuk itu, dana desa dialokasikan sebagiannya untuk perubahan iklim. “Kami menambahkan aspek ekologi ke dalam dana desa, yang diprioritaskan untuk perlindungan hutan dan lingkungan.  Karena dengan menjaga hutan, ekonomi akan meningkat," ucap Fadhlullah.

Deputi Walikota Katowice - Polandia, Mariusz Skiba, yang juga hadir berpartisipasi dalam sesi diskusi tersebut mengatakan sangat senang bisa bertukar pengalaman dengan Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim. 

“Pengalaman ini sangat berarti bagi kami, karena satu provinsi seperti Aceh saja bisa mempunyai hutan 80%, sementara kami disini hanya punya 50% areanya yang berhutan, dan kami ingin melindungi area tersebut tetap hijau”, ucap Skiba

Indonesia telah menyatakan komitmen berkontribusi menurunkan emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41% melalui kerjasama internasional.

Inisiatif lokal terhadap pengendalian perubahan Indonesia dipaparkan di COP24 Katowice.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News