Pengkhianat Tebal

Oleh Dahlan Iskan

Pengkhianat Tebal
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Lalu Trump  juga memuji mereka sebagai pendukung yang ia sayangi dan ia banggakan. Saat itu mereka sudah mulai mendengar desas-desus bahwa Pence tidak mau membantu usaha Trump.

Mereka pun marah, frustrasi, dan terancam sebagai patriot yang gagal. Begitulah.

Seperti juga Gedung MPR Indonesia yang diduduki masa di tahun 1998, Gedung  Capitol itu mereka duduki. Scaffolding yang untuk persiapan pelantikan presiden mereka pakai memanjat gedung. Jendela kaca dipecahkan. Pintu didobrak.

Mereka banyak yang selfie: duduk-duduk di ruang ketua DPR dengan kaki di atas meja. Dan segala macam adegan.

Namun mereka masih kalah patriotik dengan yang di Jakarta. Mungkin militernya lebih solid. Satuan SWAT yang begitu elite segera mengambil alih Gedung Capitol yang begitu sakral.

Di Jakarta mereka sempat bermalam di dalam gedung MPR. Mereka baru bubar ketika Presiden Soeharto meletakkan jabatan.

Di Amerika pun mulai dimunculkan isu: apakah aparat keamanan yang menjaga Capitol sengaja melonggarkan pengamanan. Mengapa aparat di Capitol menolak bantuan. Sejak dua hari sebelumnya. Mengapa pula tidak segera ada tambahan personel.

Seperti juga pendudukan Gedung MPR di Jakarta, pendudukan Capitol ini akan menyisakan banyak teori. Terutama mengapa mereka bisa mendudukinya.

Rupanya, pun di Amerika, emak-emak juga militan di politik. Yang paling lantang justru teriakan suara dua wanita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News