Penguasa Batu Bara

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Penguasa Batu Bara
Warga melihat sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara. Ilustrasi Foto: ANTARA /AJI STYAWAN

Setelah mahar dibayar, partai ditinggalkan karena kandidat lebih percaya kepada tim sukses ketimbang memercayakan uangnya kepada jaringan parpol yang tidak efektif.

Keharusan adanya threshold yang tinggi menyebabkan praktik mahar politik makin mahal. Para kandidat membayar mahal dengan cara beli putus. Setelah mahar dibayar parpol pun ditinggalkan.

Mahar politik yang mahal dan praktik politik uang yang masif membuat para kandidat mencari bandar politik untuk mencari talangan. Imbalannya adalah proyek dan konsesi perizinan setelah kandidat berkuasa.

Lingkaran setan ini terjadi terus-menerus dan sulit untuk diputus. Rezim yang berkuasa membutuhkan bandar-bandar dari kalangan pengusaha, lalu imbalan konsesi dan proteksi diberikan kepada para pengusaha bandar itu.

Tambang batu bara menjadi salah satu sumber uang politik yang paling penting. Karena itu muncul raja dan ratu, yang seolah bebas beroperasi dalam gelap. Itulah yang dicurigai oleh Faisal Basri.

Muhammad Nasir juga punya kecurigaan yang sama. Maka dia pun menyebut nama Tan Paulin sebagai Sang Ratu Batu Bara. (*)

Kalau dia disebut sebagai Ratu Batu Bara, tentu ada rajanya. Si raja tetap bebas beroperasi karena mendapat konsesi dan proteksi dari kekuasaan.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News