Penguatan Optimisme dari Ramadan dan Idulfitri
Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI
Oleh karena itu, semua orang harus bersiasat untuk bisa terus survive, sebagaimana umat bersiasat di masa sulit agar tetap mampu melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Karena durasi pandemi Covid-19 masih sulit dihitung, pilihan bagi semua orang memang tidak banyak, kecuali terus dan tetap survive, atau melihat dan merasakan kehancuran. Kalau terus melakukan karantina mandiri di rumah saja atau lockdown wilayah, sama artinya manusia membiarkan virus Corona menghancurkan semua aspek peradaban.
Sebagai mahluk yang dikaruniai akal budi, manusia tentu saja tidak boleh kalah oleh wabah Corona. Akal budi itulah yang digunakan untuk mengalahkan Virus Corona. Sambil menunggu para ahli farmasi menghadirkan vaksin penangkal virus ini, manusia harus berani bersiasat untuk bertahan sekaligus mencegah kehancuran.
Itulah alasannya mengapa optimisme harus tetap ditumbuhkan dan dipertahankan. Apalagi, sejarah sudah membuktikan bahwa manusia selalu berhasil menghadapi masa-masa sulit akibat pandemi global. Kehidupan pasca pandemi global Flu Spanyol pada 1918 setidaknya bisa dijadikan bukti.
Sejarah mencatat bahwa flu Spanyol menginfeksi tak kurang dari 500 juta orang di seluruh dunia. Korban meninggal akibat pandemi ini mencapai 50 juta jiwa, termasuk di Indonesia. Flu Spanyol mulai mewabah pada Maret 1918 di tengah perang dunia pertama. Mewabah dalam tiga gelombang hingga Desember 1920.
Catatan tentang kasus pertama terdeteksi pada seorang juru masak Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) di Camp Funston di negara bagian Kansas. Virus ini kemudian menular dengan cepat di lingkungan Angkatan Darat AS yang saat itu beranggotakan sekitar 54.000 prajurit.
Flu Spanyol mewabah di Eropa saat AS mengerahkan pasukannya ke Inggris, Prancis, Spanyol dan Italia. Gelombang kedua wabah flu spanyol tak terhindarkan ketika prajurit dan armada militer melakukan manuver pada beberapa kota di Eropa, AS hingga Afrika Barat.
Gelombang ketiga wabah terjadi pada Januari 1919 di Australia. Sejarah kemudian mencatat bahwa pergerakan militer di seluruh dunia pada saat itu menjadi sumber dan kekuatan utama penularan wabah ini. Tidak adanya karantina atau lockdown wilayah juga mempercepat penularan virus ini.
Manusia yang berakalbudi harus memelihara optimisme sambil bersiasat agar tetap bisa survive. Jangan ragu untuk mempersiapkan pelonggaran PSBB dengan kepatuhan mutlak pada protokol kesehatan.
- Siti Fauziah Sampaikan Bukti MPR Telah Jadikan UUD 1945 sebagai Konstitusi yang Hidup
- Ibas: Di Tangan Gurulah Masa Depan Bangsa Akan Dibentuk
- Bamsoet Minta Polri Jerat Bandar Narkoba Dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang
- Waka MPR Lakukan Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Donggala
- Eddy Soeparno Dukung Diplomasi Prabowo Membangun Kolaborasi Global Hadapi Krisis Iklim
- MPR & ILUNI FHUI Gelar Justisia Half Marathon, Plt Sekjen Siti Fauziah Sampaikan Ini