Pengungsi Anak Di Pulau Nauru Mogok Makan
Sindrom 'hilang jiwa'
Anak laki-laki asal Iran itu adalah salah satu dari beberapa anak di pulau Nauru yang oleh para aktivis advokasi pengungsi diklaim mereka menderita sindrom 'hilang jiwa'.
Anak-anak dengan sindrom ini menjadi tidak responsif dan berhenti berbicara, makan, minum, dan pergi ke toilet.
"Anak ini, seperti banyak anak lain, baru saja kehilangan semua harapannya," kata Dr Phatarfod kepada PM.
"Kami melihat orang dewasa yang menderita depresi tidak dapat menikmati kegiatan yang biasa, karena tidak dapat cukup termotivasi untuk pergi bekerja.
"Semua tanda itu diperbesar dengan anak-anak, tetapi mereka jauh lebih sensitif."
Kondisi ini telah terlihat pada populasi pengungsi sebelumnya.
Selama hampir dua dekade, pengungsi anak-anak di Swedia menderita sindrom 'hilang jiwa'. Sebagian besar akhirnya sembuh, tetapi bisa berakibat fatal.
Dr Phatarfod mengatakan penderita syndrome ini melihat dunia mereka sebagai sangat tidak aman dan mereka putus asa, tetapi itu bisa mengambil bentuk yang berbeda pada seorang anak.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata