Pengungsi Asal Nauru Memulai Hidup Baru Setelah Dimukimkan Di AS
"Saya masih mengalami mimpi buruk, saya masih ingat ... beberapa teman saya, mereka gantung diri," katanya.
"Setiap kali saya pergi tidur, setiap kali saya menutup mata, saya masih melihat mereka minum sampo dan racun. Saya masih bisa merasakannya, saya masih bisa melihatnya."
Namun, Faisal Parvez mengatakan dia perlahan-lahan berusaha melupakan pengalamannya itu dan fokus pada upayanya untuk menabung agar bisa bersatu kembali dengan anggota keluarga yang masih di kamp pengungsi di Bangladesh.
"Saya punya banyak peluang di sini, saya bekerja, saya mendapatkan uang dan saya dapat membantu mendukung orang tua saya," katanya.
Faisal Parvez belum pernah melihat keluarganya yang berjumlah 10 orang selama tujuh tahun dan bermimpi suatu hari dapat membawa mereka semua ke AS.
Dimintai komentarnya tentang pengalaman Parvez, seorang juru bicara dari Departemen Dalam Negeri merujuk ABC ke pernyataan Departemen tentang pengaturan perawatan kesehatan di Pulau Manus dan Nauru.
'Hidup di sini sangat sulit, kita tidak kenal siapa pun'
Photo: Sebuah keluarga pengungsi berbelanja dengan kupon yang disediakan oleh lembaga Ads Up. (Supplied: Ads Up)
Ben Winsor, salah satu pendiri Ads Up - sebuah kelompok dukungan yang dioperasikan oleh orang Australia yang menawarkan bantuan keuangan dan dukungan sosial kepada para pengungsi Pulau Manus dan Nauru di AS - mengatakan bahwa dana dan bantuan untuk kedatangan para pengungsi semakin berkurang.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat