Pengungsi Gunung Agung Seberangi Selat Lombok Gunakan Perahu
Desanya sendiri berada pada jarak 10 Km, masuk dalam radius merah erupsi Gunung Agung. Di dekat rumah waktu itu ada pengungsian. Berada di pengungsian saat malam dan kembali saat pagi.
Namun ketika pemerintah menetapkan radius berbahaya mencapai 12 Km, keluarganya pun panik.
Saudara suami yang menikah ke Desa Meninting, Lombok Barat pun menghubungi suaminya agar mengungsi di Dusun Pelempat Desa Meninting sementara waktu. Akhirnya dia berangkat.
“Ombaknya besar, anak-anak banyak yang muntah. Pakaian basah semua sama air laut,” ujarnya menceritakan pengalamannya menyeberangi Selat Lombok.
Selat Lombok dikenal dalam dan ombaknya yang besar. Untuk bisa sampai ke Lombok, butuh waktu 4 jam menyeberangi Selat Lombok.
Meski ketakutan melanda, para pengungsi ini saling menguatkan. Mereka terus berdoa agar bisa selamat sampai ke Lombok. ”Kita waktu itu sangat takut,'' tuturnya.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya perahu pengungsi ini tiba di Pantai Meninting dengan selamat. Kedatangan pengungsi ini langsung disambut hangat warga setempat.
Lalu Muhidin suami Sawinah mengungkapkan, dia memberangkatkan istri, tiga anak, satu keponakan dan satu saudaranya menggunakan perahu, karena memang kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan menggunakan Ferry, apalagi pesawat terbang. Jadi terpaksa menggunakan perahu.
Para pengungsi dari sekitar Gunung Agung ini menyeberangi Selat Lombok menggunakan perahu kayu karena kondisi ekonomi tidak memungkinkan menggunakan Ferry.
- Kasihan, Pengungsi Gunung Agung Cuma Dijatah Sekali Makan
- Pengungsi Erupsi Gunung Agung Capai 62 Ribu Jiwa
- Dramatis, Evakuasi Paksa 2 Lansia di Lereng Gunung Agung
- Asalkan Masih Bersama-sama, Kabar Buruk pun Tidak Masalah
- Ariadi: Dulu jadi Sopir Pasir, Sekarang Jadinya Seperti Ini
- KAI Siapkan Kereta Kesehatan dan 25 Ribu Masker