Pengungsi Iran Buat Film Soal Kehidupan Dalam Tahanan Pulau Manus

Judul ini merujuk pada satwa burung di Pulau Manus dan nama blok penjara yang terkenal di dalam pusat penahanan itu -yaitu tempat yang ditakuti oleh para tahanan.

Supplied
Kedua pembuat film mengatakan, mereka ingin menunjukkan kepada publik bagaimana kondisi penahanan tanpa batas waktu.
Mereka percaya, berlalunya waktu dan ketidakpastian yang dialami para pencari suaka tentang nasib mereka telah menjadi penyiksaan.
"Ketika Anda berada di penjara, Anda adalah seorang kriminal dan Anda akan tinggal di sana selama lima tahun, dua bulan, atau 50 tahun dan Anda tahu kapan masa penahanan akan selesai," kata Sarvestani.
"Tetapi orang yang ditahan di pusat penahanan Manus dan Nauru, mereka tak tahu tentang waktu lagi, dan itu benar-benar mengerikan," sambungnya.
Film ini berfokus pada peristiwa sehari-hari di pusat penahanan itu, untuk menyoroti kebosanan tahanan dan waktu yang nampaknya tak berujung di Pulau Manus.
"Kami benar-benar tak ingin membuat film laga," kata Boochani.
Para penonton di seluruh dunia akan segera berkesempatan untuk melihat seperti apa kehidupan di dalam salah satu pusat penahanan lepas pantai Australia.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia