Pengungsi Iran Buat Film Soal Kehidupan Dalam Tahanan Pulau Manus

Ia menerangkan, "Saya mengambil banyak adegan kekerasan, tapi kami tak menggunakan salah satu dari gambar-gambar itu karena film ini mengacu pada gaya bioskop yang menggunakan keheningan dan puisi dan benar-benar berbeda dari film dokumenter.”
"Kami ingin berbicara dengan para pentonton dalam bahasa yang berbeda," tuturnya.

Supplied
Australia tahu aktivitas di Pulau Manus
Pusat penahanan Pulau Manus tetap terlarang untuk awak media dan kru film, dan hanya ada akses terbatas ke pusat penahanan lepas pantai Australia lainnya di Nauru.
Kedua pembuat film ini berharap, film ini akan memberi publik pandangan tentang aktivitas di dalam pusat penahanan yang sama-sama ditolak Pemerintah Australia dan Papua Nugini.
"Australia tahu apa yang terjadi di kamp-kamp itu dan mereka bertanggung jawab atas orang-orang ini di kamp, anak-anak itu, dan kami membuat ini demi kepentingan sejarah," kata Sarvestani.
"Ini harus menjadi bagian dari sejarah Australia," sebut Sarvestani.
Pemerintah Papua Nugini telah menetapkan batas waktu 31 Oktober untuk menutup pusat penahanan Pulau Manus.
Para penonton di seluruh dunia akan segera berkesempatan untuk melihat seperti apa kehidupan di dalam salah satu pusat penahanan lepas pantai Australia.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia