Pengungsi Mulai Stres Ringan

Pengungsi Mulai Stres Ringan
Muslimin dan Muslimah melakukan shalat Jum'at di tenda pengungsian di dalam tenda dan di luar tenda darurat. Mereka adalah sebagian dari 1800 jiwa pengunsi yang mendiami barak pengungsian di Desa Kepuh Hardjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Foto; Boy Slamet/Jawa Pos
"Karakteristik pengungsi di Lereng Merapi adalah mayoritas petani dan penambang. Sehingga setiap hari mereka biasanya pergi ke sawah atau menambang di Kali Woro. Namun saat ini mereka dituntut untuk dapat segera beradaptasi dengan kondisi barak pengungsian yang memang belum banyak kegiatan," ujarnya. Rony menambahkan, dengan perubahan suasana yang dihadapi pengungsi ada yang memang sudah siap secara psikologi. Tapi disisi lain masih banyak yang harus berjuang untuk dapat menikmati kebiasaan baru selama di barak pengungsian.

"Tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Orang yang biasa pergi ke sawah, namun tidak pergi selama sehari saja sudah bosan. Apalagi saat ini mereka sudah tidak melihat sawah mereka berhari-hari. Tentu saja selalu menjadi beban bagi para pengungsi," ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, warga memiliki cara tersendiri dalam menghilangkan kebosanan tersebut. Misalkan mereka menyempatkan diri pulang untuk member makanan ternak yang ditinggal beberapa hari di barak pengungsian.

"Dengan kondisi seperti ini memang berbahaya bagi warga itu sendiri. Namun jika dilarang maka justru akan membuat pengungsi semakin tertekan. Jadi petugas serba dilematis dalam menghadapi masalah ini," tambahnya. Langkah ke depan akan didatangkan psikolog untuk  mengadakan terapi kepada pengungsi. Namun upaya  tersebut masih akan dibahas dalam evaluasi Satkorlak PB yang akan segera dilakukan dalam waktu dekat.

KLATEN --Empat hari berada di barak pengungsian membuat sebagian pengungsi mulai bosan untuk tinggal di tempat tersebut. Sehingga banyak yang kembali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News