Pengusaha Tekstil Genjot Ekspor
Pasar Domestik Lesu, Sasar AS dan Eropa
jpnn.com - JAKARTA - Pada paro pertama tahun ini ekspor produk tekstil hanya mampu tumbuh tipis 2 persen. Untuk memperbaiki itu, pada semester kedua ini pemerintah dan pengusaha berusaha menggenjot ekspor ke negara-negara potensial.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, di tengah kondisi yang sulit, pertumbuhan sekitar 2 persen sebenarnya sudah cukup baik. "Tapi kami bakal terus memperbaiki kinerja ekspor mengingat lesunya pasar domestik," katanya kepada Jawa Pos.
Ade Lesunya pasar domestik tersebut disebabkan kenaikan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, listrik, dan pendidikan. Itu membuat alokasi anggaran belanja produk tekstil berkurang.
Ade mengatakan, saat ini terdapat kondisi yang bisa menguntungkan pasar ekspor tekstil Indonesia. Salah satu negara produsen tekstil terbesar, yaitu Bangladesh, mengalami penurunan produksi.
Sehingga pasar Amerika dan Eropa mulai mengalihkan permintaannya ke Indonesia. Menurut Ade, itu merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan oleh produsen tekstil. Ade yakin hingga akhir tahun ini ekspor tekstil bisa mencapai USD 13 miliar.
Sepanjang semester pertama tahun ini ekspor produk tekstil mencapai USD 6,5 miliar atau naik 2 persen jika dibandingkan masa yang sama tahun lalu USD 6,35 miliar. Petumbuhan yang sangat tipis itu disebabkan sejumlah faktor. Terutama, kondisi perekonomian dunia yang belum stabil sehingga permintaan masih rendah. Beban produksi juga bertambah karena dipengaruhi sejumlah regulasi pemerintah..
Atase Perdagangan Indonesia di Washington D.C Ni Made Marthini mengatakan, pasar produk tekstil di Amerika Serikat (AS) cukup besar. Tahun lalu ekpor tekstil Indonesia ke AS mencapai USD 5,1 miliar atau sekitar 45 persen dari total ekspor. "Jika melihat pasar tekstil di AS, tentu nilai itu sangat berpotensi ditingkatkan," jelasnya.
Beberapa produk tekstil yang diminati di AS antara lain tas dan dompet kulit, sweater, aksesoris, kain tenun, hingga batik.