Penjelasan Mengenai Pengaruh Suhu Terhadap Pandemi Covid-19

Penjelasan Mengenai Pengaruh Suhu Terhadap Pandemi Covid-19
Ilustrasi Corona Covid-19. Foto: pixabay

“Sebenarnya yang disampaikan Pak Luhut itu juga dari kami, karena beliau sudah mengumpulkan informasi dari berbagai pakar juga. Jadi Pak Luhut itu betul, iklim itu membantu. Namun dampaknya itu delay, tidak seketika dampaknya berkurang, perlu waktu untuk alam bekerja. Ya meskipun ada penyebaran tetapi itu tidak murni, itu karena dibawa orang, alias mobilitas penduduk yang massif,” terang Dwikorita pada Sabtu (4/4).

Menurut ahli mikrobiologi, untuk suhu yang rendah (9 derajat kurang) dan kelembaban rendah (kering) imunitas respon tubuh itu akan melemah sehingga daya tahan untuk menangkal virus menjadi turun. Kalau temperatur naik, imunitas pun meningkat.

Terlebih melihat perkiraan pada April hingga Agustus, rata-rata suhu bisa 30-32 derajat.

“Jadi kita ini beruntung karena cuacanya tidak ideal untuk perkembangan Covid-19 dengan catatan masyarakatnya itu patuh, menjaga physical distance, tinggal di rumah, tidak keluyuran ke mana-mana,” tambahnya.

Dwikorita pun menyampaikan, masyarakat harusnya bisa manfaatkan keuntungan iklim tropis ini untuk memperkuat imunitas di bawah matahari pada jam yang tepat.

Hal ini juga diamini oleh Dr.Yodi, yang menyebutkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari pada jam tertentu bukan berarti mematikan virus, namun hal tersebut dapat membantu meningkatkan imunitas.

Sebuah penelitian oleh Jingyuan Wang, Associate Professor di Sekolah Ilmu dan Teknik Komputer, Universitas Beihang, Beijing, menjelaskan mirip dengan virus influenza, virus corona cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara yang dingin dan kering.

Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan host immunity seseorang dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.

Semakin tinggi temperatur, maka dugaan adanya kasus COVID-19 harian semakin rendah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News