Penjelasan Rahmat Gobel Terkait Kesalahan Pemahaman Tentang Transfer Teknologi
Chairman Panasonic Global Award itu menambahkan kalau mampu membuat barang dengan proses yang lebih murah, efisiensi dan kualitas yang baik, maka tidak perlu takut karena Indonesia adalah pasar yang besar. Karena itu, dia lebih memilih proses membuat barang. “Jadi, bukan menciptakan barang. Jepang menciptakan barang dia tiru juga dari Eropa, dia tiru juga dari Amerika. China juga, semua begitu. Semua itu dikumpulkan sehingga mereka menciptakan teknologi mereka sendiri,” ungkapnya.
Jebolan Ilmu Perdagangan Internasional, Chuo University, Tokyo, Jepang itu lantas mengungkap kenapa dia mengangkat kembali soal Road Map Industri 2010 visi 2030. Gobel menjelaskan bahwa di Jepang itu ada satu filosofi yakni Gemba (tempat sebenarnya), Gembutsu (hal sebenarnya).
Menurut Gobel, setelah lulus sekolah di Jepang, dia mengikuti training di Negeri Sakura tersebut selama satu tahun satu bulan. Gobel belajar di pabrik dari bawah. Mulai dari menyapu pabrik, sampai ke manajemennya dalam enam bulan.
“Yang diajarkan di situ bukan soal know how-nya. Saya ini bukan orang engineering, saya ini lulusan Fakultas Perdagangan. Saya waktu training, saya bukan orang pinter,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan saat pabrik battery Panasonic awalnya membuat 500 unit per menit dari mesin kemudian bisa menjadi 3000 unit per menit. Dia menceritakan, saat itu bersama teman-temannya yang lulusan SMA dan SMK, tidak ada insinyur, yang berada di line produksi harus mencatat setiap berapa detik mesin itu mati karena kecepatan.
Dia meneliti di sektor atau di line apa mesin itu harus mati. Dia bersama kawan-kawan mengambil data, setiap berapa menit dan detik mesin mati, untuk selanjutnya dianalisis dan diperbaiki.
“Itu penelitian yang saya lakukan, sehingga bisa dapat mesin 3000 pieces per satu menit dari (awalnya) 500 pieces. Nah, itu perlu kecepatan, itu perlu kesabaran untuk meneliti berapa detik karena kami menghadapi mesin selama delapan jam mesin berputar terus, dan ketika mati itu dicatat,” ujarnya.
Gobel menjelaskan dari penelitian yang dilakukan itu bisa menghasilkan satu kesimpulan. Kemudian dibawa ke engineering untuk disempurnakan sehingga menjadi mesin yang canggih.
Wakil Ketua DPR RI Rahmat Gobel mengatakan banyak yang salah memahami persoalan transfer teknologi.
- Kenaikan PPN 12 Persen, Marwan Cik Asan Mendukung karena Ada Perlindungan bagi Masyarakat Bawah
- Konflik Pulau Rempang, Mafirion DPR: BP Batam Jangan Lepas Tangan, PT. MEG Tak Punya Hak Berpatroli
- Menolak Lupa!: Pentingnya Pilkada Langsung Dalam Kehidupan Demokrasi Bangsa Indonesia
- Terungkap saat RDP di Komisi III, Anak Bos Toko Roti Pernah Bilang Kebal Hukum
- Seleksi PPPK 2024 Tahap 3 Bisa Selamatkan Honorer TMS, Jangan Ada PHK Massal
- Dirut Bank Mandiri Raih Best Financial Leader di Ajang CNBC Indonesia Award 2024, Darmadi Durianto: Membanggakan