Penjelasan Suradi Perihal ‘Panggung Demokrasi 1921: Agus Salim vs Semaoen’
Nah, menariknya, lanjut Suradi, KLB benar-benar menjadi ‘panggung demokrasi’ sebab masing-masing pihak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pemikiran, konsep, strategi, dan landasan (isme) perjuangan.
Tidak ada banting meja atau kekerasan yang sering kita lihat dalam penyelesaian konflik internal partai di masa modern.
Bahkan, ungkap Suradi, ketika konflik tetap tidak bisa diselesaikan dengan cara yang sangat beradab yakni dengan berbagai argumentasi di forum KLB, maka jalan akhir ditempuh dengan pemungutan suara atau voting.
Suradi menjelaskan sejarah telah mencatat bahwa dalam KLB yang mempertemukan pihak yang berkonflik.
Dalam konteks ini kelompok Haji Agus Salim dan kelompok yang masih relatif muda dan dianggap revolusioner, Semaoen berakhir dengan disiplin partai, setelah hasil voting menunjukkan kelompok Haji Agus Salim lebih banyak pendukung.
Semaoen kemudian dikeluarkan dari Sarekat Islam dan lebih banyak aktif bahkan sebagai pemimpi Partai Komunis Hindia yang kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Buku baru “Panggung Demokrasi 1921: Haji Agus Salim VS Semaoen” ini dikonsep secara simpel, tidak bertele-tele dan fokus pada satu topik saja.
Oleh karena itu, kata Suradi, bentuk bukunya juga kecil dan tidak tebal. Tujuannya, seperti konsep penerbitan buku seri "For Beginners" yakni bagaimana konsep-konsep serius dijelaskan dalam buku dengan sederhana, menarik, namun komprehensif.
Penjelasan Suradi, wartawan senior perihal sebuah yang ditulisnya dengan judul 'Panggung Demokrasi 2021 - Agus Salim vs Samaoen.
- Mampir Guyon
- Megawati Dengar Ada Institusi Negara Tak Netral Pas Pilkada, Sampai Pakai Intimidasi
- Kampanye Hitam Ancam Demokrasi Sumsel, Masyarakat Diharapkan Cerdas Pilih Pemimpin
- Denny Sumargo Menyesal Datangi Rumah Farhat Abbas, Ini Sebabnya
- The Habibie Center Soroti Tantangan & Peluang Masa Depan Demokrasi
- Pilkada 2024: AKBP Fahrian Ajak Personel jadi Pahlawan Demokrasi